Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.
Pengeboman Masjid Al-Rawdah
Pengeboman Masjid Al-Rawdah adalah tindakan terorisme yang terjadi di Masjid Al-Rawdah, di daerah Bir al-Abed, Sinai Utara, Mesir. Peristiwa tersebut terjadi setelah umat Islam melaksanakan shalat Jumat pada 24 November 2017. ISIS diyakini sebagai kelompok yang paling bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Menurut keterangan dari pemimpin milisi Bedouin yang berperang melawan ISIS, peristiwa pengeboman dilatarbelakangi ISIS karena kelompok ISIS menilai bahwa sufi adalah suatu bid'ah dan percaya orang-orang Kudus sedangkan masjid Al-Rawdah adalah masjid tempat berkumpulnya para penganut sufi.
Kronologi
Pengeboman terjadi saat kaum muslim melaksanakan shalat Jumat di Masjid Al-Rawdah pada Jumat, 24 November 2017. Para teroris terbagi ke dalam 4 kelompok dengan jumlah sekitar 40 orang. Untuk menutupi identitas, mereka mengenakan masker penutup wajah. Mereka melancarkan aksinya dengan cara mengepung masjid dengan menggunakan beberapa mobil off-road. Mereka memasang sebuah bom di luar masjid dan kemudian menabrak satu per satu jemaah yang keluar karena panik ingin menyelamatkan diri. Setelah menunggu beberapa waktu, bom yang dipasang akhirnya meledak pada pukul 13.50 waktu setempat.
Kebrutalan berlanjut saat para teroris membakar sejumlah kendaraan yang berada di sana untuk menutupi beberapa jalan yang mengarah ke masjid. Dua kelompok di antara mereka bahkan menembaki mobil ambulans yang datang dan orang-orang yang berusaha melarikan diri. Pada pukul 14.30, Mesir mengumumkan bahwa setidaknya ada 54 orang terbunuh dan 75 lainnya cedera atas insiden ini. Alhasil, pemerintah Mesir kemudian mengirimkan 50 ambulans untuk mengangkut para korban dari Masjid al-Rawdah di Bir al-Abed, sekitar 25 mil (40km) barat kota Arish, ke rumah sakit terdekat agar mendapatkan penanganan.
Satu jam pasca kejadian, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi melakukan sebuah pertemuan keamanan nasional. Ia mengumumkan kepada rakyatnya bahwa Mesir akan berkabung secara nasional selama tiga hari. Ia juga menjelaskan bahwa para pelaku pengeboman tidak akan luput dari hukuman. Oleh karena itu, militer Mesir kemudian meluncurkan serangan udara dan membidik daerah pegunungan di sekitar Bir al-Abed yang tercatat sebagai basis ISIS. Mereka meyakini bahwa ISIS menjadi kelompok yang harus bertanggung jawab atas insiden ini karena menurut otoritas Mesir, para pelaku mengibarkan bendera ISIS saat melancarkan kejahatannya.
Seiring berjalannya waktu, jumlah korban yang berjatuhan atas kasus ini semakin bertambah. Hingga masa berkabung selesai, insiden ini mengakibatkan 309 orang tewas dengan 27 di antaranya adalah anak-anak. Sementara itu 128 orang mengalami luka-luka.
Profil masjid
Masjid Al-Rawdah terletak di Desa Rawdah, daerah Bir al-Abd, sebelah barat sekitar 40 km dari ibu kota Sinai Utara, Al-Arish. Masjid ini dibangun oleh klan Jreer dengan lokasi berada di jalan raya tepi pantai dekat dengan kawasan Gaza, Palestina. Berdasarkan data dari lembaga statistik dan kependudukan setempat, Desa Rawdah memiliki penduduk sebanyak 2.221 orang. Mayoritas warga Desa Rawdah yang tak lain adalah jamaah masjid tersebut merupakan para pengikut sufisme. Di mata ISIS, sufisme dianggap menyimpang sehingga menyebabkan mereka menyerang Masjid Al-Rawdah. Ini bukan kali pertama terjadi konflik antara ISIS dan sufi, melainkan sudah kesekian kalinya.
Foto-foto palsu
Di tengah-tengah panasnya peristiwa ini, beredar foto-foto palsu terkait pengeboman Masjid Al-Rawdah di dunia maya. Salah satunya dimuat oleh situs berita Al-Araby yang dengan judul "Sinai: 200 orang terbunuh dan terluka dalam pemboman sebuah masjid". Situs itu membagikan sebuah gambar kerumunan orang di luar gedung berasap. Setelah ditelusuri, ternyata foto tersebut bukanlah terkait insiden di Al-Rawdah, melainkan pengeboman di kota Mesir lainnya pada 2015 yang menewaskan 8 orang. Beberapa foto yang menggambarkan sebuah menara masjid runtuh yang tersebar di internet juga bukanlah foto Al-Rawdah, melainkan masjid yang diambil di Mosul pada 2014.
Respon internasional
Insiden pengeboman yang terjadi di Sinai, Mesir dan menewaskan banyak orang membuat banyak pihak di berbagai belahan dunia memberikan kecaman, tak terkecuali Indonesia. Nahdlatul Ulama, seperti yang disampaikan oleh Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU, Robikin Emhas mengecam aksi tersebut terlepas apapun motif di baliknya. Ia menilai bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan terkutuk. Sebagai bentuk dukungan kepada para korban, ia lalu menghimbau kepada para warga dan pengurus Nahdlatul Ulama untuk membacakan Al-Fatihan dan melakukan shalat ghaib.
Duta Besar Indonesia untuk Mesir, Helmy Fauzi juga mengutuk serangan tersebut. Ia menyatakan bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia ada bersama dengan Mesir dalam berperang melawan terorisme dan radikalisme. Hal senada juga disampaikan oleh Joko Widodo selaku presiden Indonesia. Ia mengutuk terorisme yang terjadi di Mesir dan atas nama rakyat Indonesia, Jokowi menyampaikan simpatinya kepada pemerintah Mesir, baik kepada para korban ataupun tidak.
Dari Amerika, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump turut memberikan respon atas terjadinya pengeboman. Lewat akun twitternya ia menuliskan kicauan bahwa dunia tidak dapat menoleransi terorisme sehingga setiap orang harus mengalahkan para terorisme. Ia juga mengatakan bahwa para pelaku teror adalah pengecut. Sementara itu Turki memberikan respon terkait insiden pengeboman dengan memasang bendera setengah tiang di berbagai gedung. Pemasangan tersebut dilakukan sebagai bentuk dukacita mereka kepada para korban.
Prancis tak ketinggalan dalam memberikan dukungan dalam mengecam tindakan terorisme yang terjadi di Sinai. Pada 25 November 2017, otoritas Prancis memadamkan lampu di Menara Eifell sebagai bentuk penghormatan kepada para korban.