Мы используем файлы cookie.
Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.

Pengendalian hama biologis

Подписчиков: 0, рейтинг: 0
Pot berisi jerami yang diletakkan terbalik untuk dijadikan sarang Dermaptera untuk mengendalikan hama aphid

Pengendalian hama biologis (bahasa Inggris: biological pest control atau biocontrol) adalah pemanfaatan makhluk hidup untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Makhluk hidup yang digunakan untuk tujuan ini disebut agens pengendali hayati. Pengendalian hama biologis amat bergantung kepada konsep yang ada di dalam ekologi, yaitu predasi, parasitisme, herbivori, dan sebagainya yang menjadi musuh alami hama di alam. Selain itu, peran manusia sebagai pengelola lahan dalam pengendalian hama terpadu juga penting.

Langkah-langkah pengendalian hama biologis

Terdapat tiga langkah dasar pengendalian hama biologis, yaitu importasi, augmentasi, dan konservasi.

Importasi

Importasi adalah kegiatan membawa musuh alami hama dari tempat lain ke lahan pertanian untuk dilibatkan dalam pengendalian hama biologis. Karena berbagai hal seperti lingkungan yang tidak cocok akibat tingginya penggunaan pestisida dan pupuk kimia, atau faktor geografis, musuh alami tersebut tidak dapat hadir secara alami ke lahan pertanian. Jika hama tersebut adalah sebuah spesies invasif, maka sangat dimungkinkan jika musuh alaminya tidak ikut hadir bersama dengan hama tersebut. Hewan yang menjadi predator alami hama dapat diundang dengan cara tertentu. Misal burung pemakan ulat dapat diundang dengan membangun rumah burung yang memiliki lubang dengan diameter tertentu sehingga memungkinkan ia dapat masuk tapi burung lain tidak bisa.

Agar musuh alami hama tersebut dapat bertahan dari muncul dan hilangnya habitat (akibat pergantian musim tanam), koloni dari musuh alami hama tersebut harus dipertahankan sehingga dapat jumlah populasi dapat dipertahankan meski mangsanya tidak ada.

Augmentasi

Hippodamia convergens, kini dijual secara komersial untuk pengendalian hama aphid.

Augmentasi adalah peningkatan populasi musuh alami hama yang telah ada, dengan melepaskan varietas yang telah dikendalikan sifatnya. Pelepasan populasi musuh alami hama dapat dilakukan dengan periode tertentu dan dalam jumlah tertentu tergantung siklus hidupnya dan siklus pertanaman. Augmentasi dibagi atas dua yaitu secara inokulasi dan Inundasi, secara inokulasi dapat dikatakan bahwa pelepasan musuh alami yang dilakukan bertujuan untuk generasi yang selanjutnya sedangkan secara inundasi adalah pengaplikasian musuh alami yang dilakukan ketika terdapat OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) yang muncul hingga OPT tersebut tidak ada.

Konservasi

Konservasi adalah mempertahankan musuh alami hama, yang telah beradaptasi dengan baik dan sudah memiliki hubungan predasi yang tetap, sehingga mempertahankannya akan lebih mudah. Penambahan fasilitas tertentu seperti pemecah angin, pagar hidup, kolam, kompos, mulsa, dan sebagainya dapat membantu mempertahankan populasi. Berbagai musuh alami hama dapat memiliki habitat yang bervariasi. Burung hantu misalnya, hidup di lubang pohon, katak berenang di kolam, dan landak hidup di lubang-lubang di dalam tanah dan kayu. Sisa tanaman pertanian yang relatif keras dan berkayu dapat dipertahankan di musim dingin sebagai sarana untuk mempertahankan diri dari cuaca dingin.

Tipe musuh alami hama

Tawon kertas mencari ulat di antara dedaunan pohon kapas

.

Predator

Predator mampu memakan sejumlah besar mangsa selama hidupnya. Kumbang Coccinellidae adalah predator utama aphid, namun juga memakan rayap, ulat, dan serangga kecil lainnya. Lalat Syrphidae memiliki larva yang aktif memangsa serangga lain, terutama aphid, selama 50 hari hingga membentuk pupa. Lalat Syrphidae dewasa biasanya memakan nektar dan pollen sehingga mereka juga berfungsi sebagai polinator.

Capung merupakan musuh utama nyamuk dan keduanya hidup di dan dekat dengan air. Larva capung memangsa larva nyamuk, dan capung dewasa memangsa nyamuk dewasa. Hal ini tidak banyak diketahui masyarakat karena pemberantasan nyamuk massal dengan bahan kimia ikut menghabisi populasi capung.

Beberapa spesies nematoda dapat digunakan untuk menghabisi hama dan menjadikannya habitat hidup, misal nematoda Phasmarhabditis hermaphrodita yang membunuh siput lalu berkembang biak menggunakan sisa tubuh siput untuk meletakkan telur.

Fauna yang lebih besar, misal centipede, laba-laba, katak, kadal, landak, burung, kucing, hingga anjing ras Dachshund. Anjing ras ini dikembang biakan secara sengaja pada masa lalu untuk memburu badger atau tikus tanah dari famili Mustelidae, dan itulah yang memberikan nama Dachshund, dari bahasa Jerman Dachs yang berarti badger dan Hund yang berarti anjing.

Serangga parasitoid

Serangga parasitoid meletakkan telurnya di dalam tubuh hewan lain untuk kemudian dijadikan bagi larva yang menetas. Kebanyakan serangga parasitoid adalah tawon dan lalat, dan biasanya memiliki berbagai jenis target.

Contoh serangga parasitoid yaitu:

Bakteri

Bakteri banyak digunakan sebagai pengendali hama karena keberadaannya sulit diketahui oleh serangga. Bakteri masuk ke dalam tubuh serangga melalui saluran pencernaan ketika serangga makan bagian tumbuhan yang dihidupi oleh serangga. Bakteri Bacillus thuringiensis adalah salah satu jenis bakteri yang digunakan secara luas sebagai pengendali hama dengan setidaknya empat subspesies yang paling banyak digunakan. Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera mampu terinfeksi oleh bakteri ini.

Fungi

Fungi entomopatogenik menyerang hama dari dalam. Contoh fungi entomopatogenik yaitu:

Tumbuhan

Legum Mucuna pruriens telah digunakan di Benin dan Vietnam sebagai pengendali gulma Imperata cylindrica.Desmodium uncinatum dapat digunakan untuk melawan tumbuhan parasit Striga.

Kombinasi

Dalam kasus hama yang mewabah parah, metode pengendalian dapat dilakukan secara kombinasi. Contoh yang pernah dilakukan adalah pengendalian hama Agrilus planipennis, kumbang invasif dari China yang mewabah di Amerika Utara. Pengendalian dilakukan dengan menggunakan serangga parasitoid Tetrastichus planipennisi, Oobius agrili, dan Spathius agrili serta fungi Beauveria bassiana.

Lihat pula

Bacaan lanjutan

  • Wiedenmann, R. (2000). Introduction to Biological Control. Midwest Institute for Biological Control. Illinois. Available from http://www.inhs.uiuc.edu/research/biocontrol Diarsipkan 2011-08-10 di Wayback Machine.
  • Cowie R. H. (2001) "Can snails ever be effective and safe biocontrol agents?". International Journal of Pest Management 47(1): 23-40. PDF Diarsipkan 2010-10-11 di Wayback Machine.
  • Cooksey D. 2002. Biological Control in Pest Management Systems of Plants. Western Regional Committee, Riverside, CA.
  • R. James Cook (September 1993). "Making Greater Use of Introduced Microorganisms for Biological Control of Plant Pathogens". Annual Review of Phytopathology. 31: 53–80. doi:10.1146/annurev.py.31.090193.000413. PMID 18643761. 
  • U.S. Congress, Office of Technology Assessment (1995). "Biologically based technologies for pest control" (PDF). OTA-ENV-636. US Government Printing Office, Washington, DC. 
  • Felix Wäckers, Paul van Rijn and Jan Bruin (2005). "Plant-Provided Food for Carnivorous Insects - a protective mutualism and its applications". Cambridge University Press, UK, 2005. ISBN 978-0-521-81941-1. 
  • Pereira, M.J. et al. (1998) Conservation of natural vegetation in Azores Islands. Bol. Mus. Munic. Funchal 5, 299–305
  • Weeden, C.R., A. M. Shelton, and M. P. Hoffman. Biological Control: A Guide to Natural Enemies in North America. Available from [1] (accessed December 2007)
  • Cane toad: a case study. 2003. Available from [2] Diarsipkan 2007-11-23 di Wayback Machine. (accessed December 2007)
  • Humphrey, J. and Hyatt. 2004. CSIRO Australian Animal Health Laboratory. Biological Control of the Cane Toad Bufo marinus in Australia
  • Cory, J. and Myers, J. 2000. Direct and indirect ecological effects of biological control. Trends in Ecology & Evolution. 15, 4, 137-139.
  • Johnson, M. 2000. Nature and Scope of Biological Control. Biological Control of Pests
  • Cofrancesco, A. 2007. U.S. National Management Plan: An Action Plant for the Nation- Control and Management. Army Corps of Engineers. Available from [3] Diarsipkan 2011-09-02 di Wayback Machine.
  • Griffiths, G.J.K. 2007. Efficacy and economics of shelter habitats for conservation. Biological Control: in press. DOI:10.1016/j.biocontrol.2007.09.002
  • Collier T. and Steenwyka, R. 2003. A critical evaluation of augmentative biological control. Economics of augmentation: 31, 245-256.

Pranala luar


Новое сообщение