Мы используем файлы cookie.
Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.

Asma jantung

Подписчиков: 0, рейтинг: 0
Asma kardiak
Diagnostik

Asma jantung atau sering disebut asma kardiak adalah diagnosis medis yang dilakukan pada kumpulan gejala mengi, batuk, sesak napas, dahak berdarah, atau sesak napas akibat gagal jantung kongestif.

Istilah asma jantung pertama kali diciptakan oleh seorang dokter bernama James Hope pada tahun 1833. Pada saat itu ia menggunakan istilah ini untuk menggambarkan oksigenasi darah yang tidak memadai dan sesak napas yang diakibatkannya. Meskipun istilah ini sering disalahartikan dengan asma bronkial, ada beberapa perbedaan esensial antara kedua kondisi tersebut.

Penyebab

Asma jantung dapat didefinisikan sebagai sindrom klinis yang disebabkan oleh kongesti pasif akut dan edema paru. Kondisi ini terjadi ketika sisi kiri jantung mengalami disproporsi mendadak antara beban kerja dan kapasitas. Penyebab paling umum adalah peningkatan aliran balik vena pada pasien yang berbaring telentang dengan adanya ventrikel kiri yang meregang akibat hipertensi. Reabsorpsi cairan ekstraseluler nokturnal dari bagian yang paling dependen mungkin adalah kondisi yang paling umum terjadi yang dapat meningkatkan aliran balik vena.

Manifestasi klinis

Penyakit ini disebut sebagai asma jantung karena gejalanya yang mirip dengan asma biasa (asma bronkial). Suatu penelitian menemukan bahwa asma jantung mencapai sepertiga dari total gagal jantung kongestif pada pasien usia lanjut.

Asma jantung dapat diklasifikasikan sebagai masalah kedaruratan medis karena masalah ini dapat berubah menjadi gagal jantung akut yang ditandai dengan penumpukan cairan pada paru-paru (edema paru), di dalam, dan di sekitar saluran napas. Asma jantung ditandai dengan gejala mengi sekunder akibat bronkospasme pada gagal jantung kongestif. Hal ini berhubungan dengan dispnea nokturnal paroksismal dan batuk nokturnal.

Perlu adanya pembedaan antara asma bronkial dan asma jantung karena beberapa obat untuk asma bronkial, termasuk inhaler, dapat memperberat asma jantung atau dapat menyebabkan aritmia jantung yang berat.

Sementara itu, asma bronkial disebabkan oleh inflamasi dan jalan napas yang menyempit. Hal ini menyebabkan pasien mengalami kesulitan bernapas dengan gejala-gejala yang khas. Asma bronkial tidak berhubungan dengan adanya cairan di paru-paru atau penyakit jantung atau bahkan gagal jantung yang dihubungkan dengan asma jantung.

Tata laksana

Hingga saat ini, belum ada tata laksana yang direkomendasikan untuk asma jantung dalam kondisi akut atau kronis. Tata laksana asma jantung menargetkan pada patofisiologi dari kondisi yang mendasarinya (yaitu edema paru dan gagal jantung). Penggunaan dan efikasi bronkodilator seperti albuterol dan ipratropium, yang juga digunakan untuk meredakan gejala asma bronkial, belum ditetapkan pada asma jantung.

Pengobatan yang sering digunakan dalam pengobatan akut asma jantung termasuk furosemid, morfin, dan nitrat. Oksigen suplemental, ventilasi noninvasif (NIV), dan posisi pasien yang tepat juga merupakan manajemen yang penting. Setiap pengobatan memiliki manfaat yang unik dan dapat bekerja secara sinergis dengan terapi lainnya. Karena pasien dengan episode akut asma jantung biasanya mengalami hipoksia, penggunaan oksigen inisial dan/atau NIV direkomendasikan dan telah terbukti menurunkan mortalitas. Jika pasien tidak menunjukkan tanda-tanda hipoksia, penggunaan oksigen dan NIV tidak direkomendasikan.

Pasien yang terbangun di malam hari dengan dispnea dapat meringankan gejala dengan cara tetap terjaga selama 20 hingga 30 menit. Posisi yang tepat, yaitu pasien berdiri tegak atau duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur, akan menyebabkan penurunan aliran balik vena yang menyebabkan jumlah darah yang mengalir ke bronkiolus berkurang, edema ruang interstisial berkurang, dan efek pemerasan lumen bronkiolus berkurang.

Pasien yang mengalami episode asma jantung akut mungkin membutuhkan loop diuretik seperti furosemid.

Beberapa pasien mungkin menunjukkan kongesti paru persisten meskipun diuresis dilakukan secara agresif. Dalam kasus ini, pemberian nitrat secara intravena (misalnya nitrogliserin) dapat digunakan sebagai adjuvan pada pasien hipertensi dan normotensi. Nitrogliserin akan bertindak sebagai venodilator dan mengurangi tekanan di ventrikel kiri, sehingga mengurangi kongesti di paru-paru.

Morfin intravena juga dapat memperbaiki gejala pada pasien dengan kongesti paru. Morfin ini memungkinkan pernapasan lebih mudah dan mengurangi tingkat kecemasan pasien selama episode asma.

Setelah episode asma jantung akut ini teratasi, terapi gagal jantung harus dimulai atau dioptimalkan untuk mencegah berulangnya kejadian ini di masa depan. Penggunaan ACE inhibitor dan beta-blocker pada pasien gagal jantung dianjurkan untuk menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas. Kelanjutan penggunaan diuretik pascaepisode akut dapat membantu mempertahankan volume normal pada pasien dan mencegah kejadian asma jantung di masa mendatang. Digoxin, meskipun tidak terbukti mengurangi tingkat kematian, dapat digunakan untuk memperbaiki gejala kongestif pada pasien dengan gagal jantung.

Lihat pula

Klasifikasi

Новое сообщение