Мы используем файлы cookie.
Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.

Favipiravir

Подписчиков: 0, рейтинг: 0
Favipiravir
Favipiravir.svg
Nama
Nama IUPAC
6-Fluoro-3-hidroksipirazin-2-karboksamida
Nama lain
Avigan; favilavir, T-705
Penanda
Model 3D (JSmol)
3DMet {{{3DMet}}}
ChEMBL
ChemSpider
Nomor EC
PubChem CID
Nomor RTECS {{{value}}}
UNII
  • InChI=1S/C5H4FN3O2/c6-2-1-8-5(11)3(9-2)4(7)10/h1H,(H2,7,10)(H,8,11)
    Key: ZCGNOVWYSGBHAU-UHFFFAOYSA-N
  • InChI=1/C5H4FN3O2/c6-2-1-8-5(11)3(9-2)4(7)10/h1H,(H2,7,10)(H,8,11)
    Key: ZCGNOVWYSGBHAU-UHFFFAOYAM
  • Oc1ncc(F)nc1C(=O)N
Sifat
C5H4FN3O2
Massa molar 157,10 g·mol−1
Farmakologi
Kode ATC J05AX27
Kecuali dinyatakan lain, data di atas berlaku pada temperatur dan tekanan standar (25 °C [77 °F], 100 kPa).
Referensi

Favipiravir, atau yang dikenal dengan nama Avigan dan favilavir adalah obat antivirus yang dikembangkan oleh Toyama Chemical (anak perusahaan Fujifilm). Obat ini memiliki aktivitas melawan berbagai virus RNA. Senyawa antivirus ini merupakan turunan dari pirazinkarboksamida. Dalam percobaan yang dilakukan pada hewan, favipiravir menunjukkan adanya aktivitas melawan virus influenza, virus West Nile, virus demam kuning, virus penyakit mulut dan kuku, flavivirus, arenavirus, bunyavirus, dan alphavirus. Selain itu, favipiravir juga menunjukkan adanya aktivitas melawan enterovirus dan virus demam lembah rift. Favipiravir juga memiliki efektivitas yang terbatas terhadap virus Zika dalam penelitian pada hewan. Obat ini juga menunjukkan efektivitas melawan rabies. Favipiravir telah digunakan secara eksperimental pada beberapa pasien yang terinfeksi virus.

Pada Februari 2020, favipiravir sedang diteliti di Tiongkok sebagai pengobatan terhadap penyakit koronavirus 2019. Pada 17 Maret, pejabat pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa favipiravir efektif dalam mengobati penyakit koronavirus di Wuhan dan Shenzhen.

Mekanisme kerja

Mekanisme kerja obat ini diduga dengan menghambat secara selektif polimerase RNA dependen RNA dari virus. Penelitian lain menunjukkan bahwa favipiravir merangsang mutasi transversi RNA yang mematikan bagi virus. Favipiravir merupakan bakal obat yang harus melewati proses metabolisme sebelum dapat memberikan efek antivirus. Metabolit tersebut adalah favipiravir-ribofuranosil-5'-trifosfat (favipiravir-RTP). Favipiravir tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi intravena.Hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) diyakini memegang peran utama dalam proses metabolisme. Favipiravir tidak menghambat sintesis RNA atau DNA dalam sel mamalia, sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Pada tahun 2014, favipiravir mendapat izin edar di Jepang untuk persediaan obat jika terjadi pandemi influenza. Namun, favipiravir belum terbukti efektif pada sel di saluran pernapasan, sehingga terdapat keraguan mengenai efektivitas dalam pengobatan influenza.

Status persetujuan

Pada tahun 2014, Jepang memberikan izin edar pada Favipiravir untuk mengobati virus yang tidak mempan terhadap antivirus yang ada saat ini. Awalnya Toyama Chemical berharap bahwa Avigan akan menjadi obat influenza pengganti Tamiflu. Namun, percobaan pada hewan menunjukkan adanya efek teratogenik pada janin. Hal tersebut membuat pemberian izin edar oleh Kementerian Kesehatan Jepang tertunda lama. Selain itu, produksi obat ini hanya terbatas ketika terjadi keadaan darurat di Jepang.

Pada Maret 2015, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS telah meninjau hasil dari uji klinis fase III yang meneliti keamanan dan efektivitas Favipiravir dalam pengobatan influenza.

Uji coba virus Ebola

Beberapa penelitian pada mencit menunjukkan bahwa Favipiravir mungkin efektif melawan Ebola. Namun, obat ini tidak terbukti efektif melawan Ebola pada manusia. Selama wabah virus Ebola di Afrika Barat tahun 2014, terdapat laporan yang menyatakan seorang perawat MSF dari Prancis yang terkena Ebola di Liberia pulih setelah mendapat pengobatan dengan favipiravir. Pada Desember 2014, dilakukan uji klinis yang meneliti efektivitas favipiravir terhadap penyakit virus Ebola. Penelitian ini dimulai Guéckédou, Guinea. Hasil awal menunjukkan penurunan tingkat kematian pada pasien Ebola dengan jumlah virus yang rendah-sedang dalam darah. Namun, Favipiravir tidak memiliki dampak yang signifikan pada pasien dengan jumlah virus yang tinggi. Desain penelitian ini dikritik oleh peneliti lainnya karena hanya menggunakan kontrol historis.

Uji coba untuk COVID-19

Pada uji coba dengan sampel subjek sebanyak 80 orang, favipiravir memiliki aktivitas antivirus yang lebih kuat dibandingkan lopinavir/ritonavir dalam melawan SARS-CoV-2 Pada Maret 2020, pejabat pemerintah Tiongkok mengatakan bahwa favipiravir efektif dalam mengobati penyakit koronavirus 2019.


Новое сообщение