Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.
Filariasis limfatik
Filariasis limfatik | |
---|---|
Gambar perempuan pengidap penyakit kaki gajah. | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Penyakit infeksi |
Lymphatic filariasis juga dikenal sebagai elephantiasis atau kaki gajah disebabkan oleh cacing parasitjenis Filarioidea. Banyak kasus penyakit ini yang tidak memiliki gejela. Akan tetapi, sebagian penderita mengalami pembengkakan besar pada lengan, kaki, atau alat kelamin. Kulit mungkin bisa menjadi lebih tebal dan nyeri dapat terjadi. Perubahan pada tubuh dapat menimbulkan masalah sosial dan ekonomi bagi pengidapnya.
Penyebab dan diagnosis
Cacing ini disebarkan melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing ini. Infeksi biasanya dimulai saat masih kanak-kanak. Ada tiga jenis cacing yang menyebabkan penyakit ini: Wuchereriabancrofti, Brugiamalayi, dan Brugiatimori. Wuchereriabancrofti adalah yang paling umum ditemukan. Cacing merusak sistem getah bening. Penyakit ini didiagnosis dengan cara mengamati sampel darah yang diambil pada malam hari denganmikroskop. Sampel darah yang diambil mestinya berada dalam bentuk noda keruh dan diwarnai dengan Giemsa. Uji antibodi yang melawan penyakit ini juga dapat diterapkan ke sampel darah ini.
Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan dilakukan dengan mengobati seluruh kelompok tempat terjadinya penyakit setiap tahun untuk dapat menyingkirkan penyakit ini secara menyeluruh. Proses ini membutuhkan waktu sekitar enam tahun. Obat yang digunakan meliputi albendazole dengan ivermectin atau albendazole dengan diethylcarbamazine. Pengobatan tidak membunuh cacing dewasa namun mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut sampai cacing mati dengan sendirinya. Upaya mencegah gigitan nyamuk juga dianjurkan termasuk mengurangi jumlah nyamuk dan penggunaan kelambu.
Epidemiologi
Lebih dari 120 juta orang terinfeksi lymphatic filariasis. Sekitar 1,4 miliar orang berisiko terkena penyakit ini di 73 negara. Wilayah tempat penyakit ini paling umum ditemukan adalah Afrika dan Asia. Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi senilai puluhan triliun rupiah setiap tahunnya.