Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.
Kateterisasi jantung
Kateterisasi jantung | |
---|---|
Intervensi | |
Kateterisasi jantung adalah prosedur medis yang bertujuan untuk mendeteksi kondisi jantung dengan menggunakan alat menyerupai selang tipis yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena atau arteri di daerah leher, selangkangan atau tangan kemudian diarahkan ke jantung.
Kateterisasi jantung dilakukan untuk mendiagnosis atau merupakan bagian dari pengobatan (angioplasti koroner
Prosedur
Proses kateterisasi dapat dilakukan pada pembuluh darah di area tangan atau kaki. Pada pembuluh darah ini akan dibuat lubang kecil untuk memasukkan selang setelah sebelumnya dipasang tabung kecil di tempat penusukan untuk menjaga saluran tetap terbuka. Tempat penusukan bisa dilakukan di selangkangan (disebut pendekatan femoralis) atau di lengan (disebut pendekatan radialis). Kateter dimasukkan dengan kawat untuk memandu, setelah kateter sudah berada di dalam pembuluh darah, kawatnya akan dikeluarkan dan kateter akan mulai menyusuri pembuluh darah menuju jantung. Setelah berada di jantung, akan dimasukkan zat kontras untuk menilai pembuluh darah dan ruang-ruang jantung. Kamera X-ray akan mengambil gambar yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Selama proses ini, seseorang yang menjalani prosedur kateterisasi akan tetap dalam kondisi sadar karena dokter akan meminta mereka untuk menarik napas panjang, menahan napas dan batuk.
Ada tiga tujuan utama kateterisasi jantung. Yang pertama adalah untuk angiografi koroner (jalur masuknya lewat pembuluh darah di tangan atau selangkangan), yang kedua kateterisasi jantung kanan (jalur masuk kateter pada prosedur ini adalah lewat pembuluh darah di leher atau selangkangan) dan yang ketiga adalah untuk biopsi jantung (paling sering melalui jalur pembuluh darah leher)
Penggunaan
Kateterisasi jantung kanan
Adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat seberapa baik fungsi pompa jantung seseorang dan untuk mengukur tekanan darah di dalam jantung dan pembuluh darah utama paru-paru. Kateterisasi jantung kanan (KJKa) ini disebut juga kateterisasi arteri pulmonalis. Pemeriksaan ini dilakukan oleh dokter spesialis jantung atau dokter spesialis paru. Selama berlangsungnya pemeriksaan, individu yang menjalani tes ini akan tetap sadar. Pembuluh darah yang biasa digunakan adalah pembuluh darah di daerah leher (vena jugularis) , tetapi beberapa dokter ada yang memilih pembuluh darah di lengan (vena radialis) atau di daerah selangkangan (vena femoralis). Selama proses, dokter pemeriksa akan meminta individu yang diperiksa untuk menahan napas, menarik napas panjang, batuk dan beberapa instruksi lainnya. Dokter pemeriksa kemungkinan juga akan memberikan oksida nitrat untuk membantu merelaksasikan otot pembuluh darah paru-paru sekaligus melihat efeknya terhadap tekanan darah. Selain itu akan diberikan cairan fisiologis (normal saline) yang berisi natrium klorida lewat jalur intravena untuk melihat apakah pemberian cairan memberikan pengaruh terhadap tekanan darah.
Normalnya proses pemeriksaan ini paling lama sekitar 1 jam. Setelah melakukan pemeriksaan, dan observasi pascatindakan, individu terperiksa dapat diizinkan untuk pulang dengan catatan tidak boleh membungkuk dan mengangkat barang serta menarik atau mendorong selama 2 hingga 4 jam ke depan.
Setiap pemeriksaan invasif selalu memiliki kemungkinan risiko komplikasi. Untuk kateterisasi jantung kanan, komplikasi jarang terjadi. Kemungkinan komplikasi yang harus diantisipasi adalah infeksi, perdarahan di tempat penusukan, denyut jantung yang abnormal, reaksi ringan pada kulit seperti luka bakar derajat I akibat paparan sinar-X, kolaps paru, serangan jantung, sumbatan oleh bekuan darah, strok, tamponade jantung (pembentukan cairan di sekeliling jantung) dan rupture atau pecahnya arteri pulmonalis (sangat jarang terjadi). Orang yang akan menjalani pemeriksaan ini sebaiknya memberikan informasi dasar kepada dokter yang akan memeriksa seperti riwayat alergi terhadap lateks, plester, dan obat-obatan anestesi. Perempuan yang akan menjalani pemeriksaan ini juga sebaiknya dipastikan tidak sedang mengandung. Informasi penggunaan obat pengencer darah (antikoagulan) juga perlu disampaikan kepada dokter untuk mencegah risiko perdarahan.
Kateterisasi jantung kanan dilakukan untuk memperoleh informasi tekanan atrium kanan, tekanan ventrikel kanan, tekanan arteri pulmonalis, tahanan vaskular sistemik, curah jantung dan oksigenasi darah. Indikasi dilakukannya pemeriksaan ini adalah untuk keperluan diagnosis gagal jantung, penyakit jantung bawaan, penyakit katup jantung, kardiomiopati, hipertensi paru, dan untuk keperluan transplantasi jantung. Indikasi untuk diagnostiklah yang membedakan KJKa dengan kateterisasi Swan-Ganz. Kateterisasi Swan-Ganz adalah pemeriksaan yang prosedurnya serupa dengan KJKa. Pemeriksaan ini dinamai sesuai dengan nama dua penemunya Jeremy Swan dan William Ganz dari Pusat Kesehatan Cedars-Sinai pada tahun 1970. Jika KJKa dilakukan untuk menentukan tingkat fisiologis atau fungsi fisik saat pemeriksaan untuk tujuan diagnosis, kateterisasi Swan-Ganz dilakukan untuk menilai dan menjalankan fungsi fisiologis dengan tujuan memantau hemodinamika jantung dan paru. Pemeriksaan KJKa titik akhir pemeriksaannya adalah di ventrikel kanan sedangkan kateterisasi Swan-Ganz berakhir di pembuluh darah paru. Indikator hasil PWP (pulmonary wedge pressure atau penilaian tekanan atrium kiri dengan cara mengembangkan ballon ke dalam cabang arteri pulmonalis yang kecil) dan PWC (pulmonary capillary wedge atau penilaian tekanan atrium kiri dengan cara mengembangkan ballon ke dalam vena perifer misalnya vena femoralis atau vean jugularis) hanya didapatkan pada kateterisasi Swan-Ganz dan tidak ada pada pemeriksaan KJK.
Hasil normal untuk variabel yang diperiksa pada kateterisasi jantung kanan dan kateterisasi Swan-Ganz adalah: indeks kardiak 2,5-4,0 L/menit/m2 luas permukaan tubuh, denyut jantung 60-100 kali/menit, volume sekuncup 60-100 ml/detik, curah jantung 4,0-8,0 liter/menit, tekanan vena sentral 2-6 mmHg, tekanan sistolik arteri pulmonalis 15-30 mmHg, tekanan rata-rata arteri pulmonalis 14 ± 3,3 mmHg, tekanan diastolik paru 8-15 mmHg, tekanan atrium kanan 2-6 mmHg, PAWP (pulmonary artery wedge pressure) 6-12 mmHg, gradien transpulmonal ≤ 12 mmHg, tahanan vaskular paru <3,125 WU (Wood Units), gradien diastolik pulmonal < 7 mmHg, dan tahanan vaskular sistemik 10-15 WU.
Kateterisasi jantung kiri
Berbeda dengan kateterisasi jantung kanan yang aksesnya melalui pembuluh darah vena, kateterisasi jantung kiri (KJKi) dilakukan melalui pembuluh darah arteri via arteri brachialis. Teknik klasik lewat arteri brachialis dikembangkan oleh dr. Mason Sones dan dikenal dengan sebutan metode Sones. Setelah memperoleh akses lewat arteri brachialis, kateter akan berjalan melalui arteri axillaris kemudian arteri subclavia. Alternatif akses adalah langsung melalui pendekatan arteri axillaris (untuk mencegah potensi terjadinya cedera pada nervus medianus atau pendekatan arteri radialis yang saat ini meningkat penggunaannya. Kelebihan pendekatan arteri radialis adalah mampu mengurangi risiko yang berhubungan dengan akses kateter. Hal ini disebabkan karena arteri radialis letaknya lebih superfisial (lebih di permukaan sehingga mudah didapatkan) dan ukurannya lebih kecil sehingga risiko perdarahan hampir tidak pernah terjadi. Meskipun begitu, pendekatan arteri radialis membutuhkan tes Allen sebelum prosedur dimulai untuk memastikan kontinuitas lengkungan arteri.
Komplikasi KJKi terbagi atas tiga yaitu komplikasi intraprosedural, komplikasi mayor, dan komplikasi vaskular. Komplikasi intraprosedural yang sering timbul adalah hipotensi transien saat dimasukkan ion kontras tetapi karena terjadi sesaat saja, tidak dibutuhkan penanganan khusus hanya tetap dipantau jika hipotensi ini menetap. Komplikasi intraprosedural lain adalah gagal jantung kongestif akibat efek osmosis pemberian kontras. Kondisi ini ditangani dengan pemberian oksigen, diuretik, nitrogliserin dan prosedur KJKi segera dihentikan. Nyeri dada juga bisa timbul saat prosedur ini akibat efek vasodilatasi dari zat kontras. Keadaan ini juga hanya dipantau karena seringnya hanya berlangsung sesaat. Begitu juga dengan aritmia minor yang akan hilang dengan sendirinya.
Komplikasi mayor KJKi yang paling serius adalah kematian. Namun ini hanya terjadi beberapa dekade yang lalu. Komplikasi mayor yang lain adalah infark miokardium, stroke, infeksi, disfungsi ginjal yang dipicu oleh zat kontras, dan reaksi alergi dari obat anestesi lokal, zat kontras, sulfat protamin dan lateks. Komplikasi vaskular adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Termasuk di dalamnya adalah trombosis, embolisasi di distal (ujung) pembuluh darah, cedera arteri, pseudoaneurisma, dan perdarahan. Trombosis terjadi karena lumen pembuluh darah berukuran kecil, ada penyakit pembuluh darah perifer, dan penyakit diabetes mellitus. Persentase kejadian komplikasi mayor pada tindakan ini dibawah 2%.
Nilai normal dari variabel yang diperiksa dari KJKi adalah luas katup aorta adalah 2,6-3,5 cm2, luas katup mitral adalah 4–6 cm2.
Ventrikulografi jantung kiri
Ventrikulografi jantung kiri adalah prosedur kateterisasi koroner melalui arteri di daerah tangan dan penyuntikan kontras untuk mengetahui aliran darah jantung. Ventrikulografi memberikan hasil yang serupa dengan angiogram. Namun jika pada angiogram zat kontras dimasukkan melalui arteri koronaria, pada ventrikulografi, zat kontrasnya dimasukkan ke ventrikel kiri. Pemeriksaan ventrikulografi akan memberikan informasi tentang fraksi ejeksi, volume ventrikel, pergerakan dinding jantung, lesi regurgitasi, kemungkinan adanya trombus ventrikel, aneurisma, pseudoaneurisma dan defek septum ventrikel.
Informasi tentang fraksi ejeksi ventrikel kiri pada pemeriksaan ini dapat diperoleh secara kualitatif dan semikuantitatif. Ventrikulografi jantung kiri paling sering dilakukan dengan proyeksi oblik anterior kanan. Proyeksi ini akan memberikan visualisasi dinding ventrikel kiri daerah anterior, apikal, inferior dan dinding lateralnya. Proyeksi oblik anterior dengan sudut kemiringan ke arah kranial akan memberikan gambaran dinding septum dan defek septum ventrikel. Ventrikulografi juga dapat memberikan perkiraan viabilitas miokardium dengan membandingkan siklus jantung normal dengan siklus jantung yang mengikuti kontraksi ventrikel prematur, siklus jantung setelah pemberian obat inotropik infus dan siklus jantung setelah pemberian nitrogliserin. Ventrikulografi juga digunakan untuk menilai beratnya kondisi regurgitasi mitral.
Ablasi jantung
Ablasi jantung adalah prosedur tindakan untuk pengobatan fibrilasi atrial tanpa perlu melakukan operasi besar.