Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.
Kino Indonesia
Publik | |
Kode emiten | IDX: KINO |
Industri | Produk konsumen |
Didirikan | 1991 8 Februari 1999 (PT Kino Indonesia Tbk) |
Pendiri | Harry Sanusi |
Kantor pusat |
Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia |
Wilayah operasi |
Asia Pasifik, Afrika, Eropa Timur dan Amerika Selatan |
Produk | Perawatan Pribadi Minuman Makanan Farmasi |
Karyawan |
8.718 orang |
Situs web | www.kino.co.id |
PT Kino Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan consumer goods yang telah diakui di Indonesia dan juga mancanegara dengan lingkup bisnis yang meliputi beberapa jenis kategori produk, antara lain adalah Personal Care, Beverages, Food dan Pharmacy. Didirikan oleh Harry Sanusi pada 1991, Kino terus berkembang dengan pesat seiring berjalannya waktu.
Perkembangan
Harry Sanusi, seorang pria asal Pontianak, memulai usahanya pada tahun 1991 dengan mendirikan perusahaan distribusi bernama PT Dutalestari Sentratama bermodal Rp 300 juta. Distribusi produk yang pertama kali ditanganinya adalah produk larutan penyegar "Cap Kaki Tiga" (kini Cap Badak), yang saat itu masih menjajaki peruntungan di pasar minuman. Di bawah Harry, produk tersebut perlahan-lahan mulai dikenal publik, sehingga ia memutuskan untuk mencoba peruntungan mendistribusikan produk lain sebagai bagian diversifikasi usahanya pada akhir 1996. Akan tetapi, PT Sinde Budi Sentosa (produsen Cap Kaki Tiga) hanya ingin Harry mendistribusikan produk mereka, sehingga mereka pecah kongsi. Meskipun demikian, Harry tetap mengembangkan bisnisnya ini, dengan saat ini Dutalestari Sentratama telah berkembang secara signifikan dengan 42 titik distribusi di seluruh Indonesia.
Harry lalu memutuskan untuk terjun ke industri permen dengan mendirikan PT Kinosentra Industrindo pada 1997. Ia lalu bereksperimen dengan menjual permen lunak rasa kopi dengan harga terjangkau, ditambah menjajal iklan di televisi yang saat itu harganya turun. Produk baru tersebut menuai sukses yang cukup baik, terutama setelah market leader Kopiko sempat naik harganya akibat krismon. Perusahaan ini kemudian mengembangkan bisnisnya dengan memproduksi aneka penganan snack, minuman energi dan minuman serbuk, dengan omset pada 2013 mencapai Rp 700 miliar, dan memiliki dua pabrik di Terboyo dan Sayung, Jawa Tengah. Produknya sendiri diedarkan baik secara lokal maupun ekspor, diperkirakan sebanyak 200 produk. Sejak 1 November 2013, bisnis dan aset dari PT Kinosentra Industrindo dialihkan ke PT Morinaga Kino Indonesia (didirikan 19 Juli 2013), dengan Kinosentra memegang 49% dan Morinaga Jepang memegang 51%. Morinaga sendiri melepas sahamnya di perusahaan ini pada tahun 2019, dan namanya berubah menjadi PT Kino Food Indonesia. Dalam mengembangkan produk-produknya, Harry memiliki visi bahwa jika dalam 3-5 tahun produk tersebut tidak laku, maka akan dihentikan, dan diharapkan dalam sebulan dihasilkan 10 produk baru.
Dua tahun kemudian, pada 8 Februari 1999, Harry mendirikan PT Kinocare Era Kosmetindo, sebagai bagian dari upayanya mengembangkan usaha toiletries. Dengan visi inovatif, ia mengembangkan produk-produk yang baru dan segera menjadi tren di pasar. Produk pertamanya adalah pembersih muka "Ovale", yang menyatukan pembersih dan penyegar wajah dalam satu kemasan, sehingga meraih pangsa pasar 16,5% dalam waktu dua tahun setelah diluncurkan pada September 1999. Ada juga kemudian cologne gel dan pembersih kewanitaan, ditambah toiletries untuk anak bermerek "Eskulin". Dalam perkembangannya, Kinocare juga mengembangkan berbagai produk seperti Ellips, B&B, Master dan Sleek, yang mencakup produk-produk perawatan rambut, kebersihan pria dan pembersih rumah tangga dalam aneka varian. Dalam perkembangannya, sejak 2003, Harry mengekspor produknya ke negara luar, yang pertama ke Filipina dan Malaysia yang cukup berhasil menuai reaksi positif. Kemudian, selain memproduksi produk kebersihan dan perawatan tubuh, Kinocare juga mulai memproduksi minuman bermerek "Cap Kaki Tiga" pada 2011 dari Wen Ken Drug Co. Pte. Ltd. (setelah produsennya yang lama, PT Sinde pecah kongsi dengan Wen Ken) dan tahun berikutnya mendapat hak lisensi produksi produk-produk Tampico Beverages Inc.
Belakangan, PT Kinocare Era Kosmetindo dijadikan sebagai perusahaan induk dari perusahaan-perusahaan milik Harry, sehingga namanya diubah pada 3 September 2014 menjadi PT Kino Indonesia. Sesuai target yang dicanangkan Harry pada 2011, PT Kino Indonesia akhirnya mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada 11 Desember 2015 dengan melepas 16% sahamnya ke publik, dengan harga saham perlembar Rp 3.800. Dana hasil IPO tersebut direncanakan akan digunakan sebagai dana belanja modal, kerja dan akuisisi merek.
Kino Group juga mendirikan beberapa anak usaha dan melakukan ekspansi. Pada tahun 2013, didirikan Kino International Pte. Ltd. (kemudian menjadi perusahaan induk anak-anak usaha Kino di luar negeri) dan Kino Vietnam Co. Ltd. Tiga tahun kemudian, Kino mengakuisisi merek Dua Putri Dewi (jamu) dan merek Ristra. Tahun 2017, Kino mendirikan PT Kino Ecomm Solusindo, PT Kino Malee Indonesia dan Malee Kino (Thailand) Company Limited (patungan dengan Malee Capital Company Ltd Thailand) dan di tahun selanjutnya (2018) berekspansi di Kamboja ditambah mendirikan PT Kino Pet World Indonesia dan PT Kino Pet World Marketing Indonesia (perusahaan patungan dengan Wah Kong Corporation Sdn. Bhd.). Meskipun demikian, tidak semua ekspansi ini cukup baik, karena kerjasama dengan Malee dan Wah Kong (produk makanan hewan) harus dihentikan pada tahun 2020.
Operasional
Kinerja
Kino Indonesia memiliki 32 merek yang terbagi dalam 21 kategori antara lain: Hair Care, Oral Care, Skin Care, Baby, Decorative, Kids Personal Care, Juice Drink, Feminine Hygiene, Fragrance, Coconut Water, Snack, Remedy Drink, Healthy Drink, Confectionaries, Powder Drink, Energy Drink, Men Grooming, Pharmaceutical, Hygiene Product, Air Freshener dan Canned Fruit.
Merek-merek dari PT Kino Indonesia Tbk diantara lain adalah Ellips, Samantha, Sasha, Ovale, Resik V, Absolute, Eskulin Kids, B&B, Master Kids, Sleek Baby, Eskulin, Sasha Toothpaste, Ristra, Evergreen, Abstract, Click Toothpaste, Cap Kaki Tiga, Cap Kaki Tiga Anak, Sejuk Segar, Panther, Cap Panda, Malee, Kino Candy, Chew Chew Ball, Oplozz, Frenta, Segar Sari, Snack It, Cap Kaki Tiga Pharma, Dua Putri Dewi, Q-Life, Lola Remedios.
Kualitas produk PT Kino Indonesia Tbk telah memenuhi standar kualifikasi internasional, terbukti dengan meningkatnya permintaan pasar dari seluruh dunia. Namun PT Kino Indonesia Tbk menyadari bahwa kepuasan tidak hanya sampai disitu, kesuksesan hari ini harus menjadi motivasi untuk semakin berprestasi di masa depan. Innovate Today berarti harus terus kreatif dan inovatif untuk menjadi pemimpin dalam industri kebutuhan konsumen. Dengan semangat inovasi yang menjadi nilai utama dari perusahaan, PT Kino Indonesia Tbk berkomitmen memberikan produk-produk berkualitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari konsumen Indonesia.
Pada 2017, Kino Group memiliki 6 pabrik dengan total 8.000 karyawan, 30 kantor cabang, 124 distributor lokal dan 200 pusat distribusi, dengan omset Rp 3 triliun.
Anak perusahaan
- PT Dutalestari Sentratama
- PT Ristra Laboratoris Indonesia
- PT Ristra Klinik Indonesia
- PT Kino Ecomm Solusindo
- PT Kino Malee Trading
- PT Kino Food Indonesia
- Kino International Pte. Ltd.
- Kino Consumer Philippines Inc.
- Kino Care (M) Sdn. Bhd.
- Kino Vietnam Co., Ltd.
- Kino Care Consumer (Cambodia) Co. Ltd.
- Linanda Consumer India Pvt. Ltd.
- Kino Japan KK
- Kino Incorporation (Shanghai) Co., Ltd
Kepemilikan
- PT Kino Investindo: 69%
- Harry Sanusi: 12,6%
- DBSSG S/A Nusantara FMCG Limited: 11,2%
- Publik: 7,15%
Manajemen
- Presiden Komisaris/Komisaris Independen: Sungkono Sadikin
- Komisaris: Adjie Rustam Ramdja
- Komisaris: Sidharta Prawira Oetama
- Komisaris: Susanto
- Presiden Direktur/CEO: Harry Sanusi
- Direktur: Budi Susanto
- Direktur: Budi Muljono
- Direktur: Kurdi Gunawan
- Direktur: Benny Kurniawan
- Direktur: Fenella Regina Gunawan
- Direktur: Anggara Andrian Linanda