Мы используем файлы cookie.
Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.

Marilyn Monroe

Подписчиков: 0, рейтинг: 0

Marilyn Monroe
Monroe in Niagara (1953 publicity photo).jpg
Monroe pada 1953
Lahir Norma Jeane Mortenson
(1926-06-01)1 Juni 1926
Los Angeles, California, A.S.
Meninggal 4 Agustus 1962(1962-08-04) (umur 36)
Los Angeles, California, A.S.
Sebab meninggal Overdosis barbiturat
Makam Westwood Village Memorial Park Cemetery
Nama lain Norma Jeane Baker
Pekerjaan
  • Pemeran
  • model
  • penyanyi
Tahun aktif 1945–1962
Suami/istri
James Dougherty
(m. 1942; c. 1946)

(m. 1954; c. 1955)

(m. 1956; c. 1961)
Situs web marilynmonroe.com
Tanda tangan
Marilyn Monroe Signature.svg

Marilyn Monroe (/ˈmærɪlɪn mənˈr/; lahir Norma Jeane Mortenson; 1 Juni 1926 – 4 Agustus 1962) adalah seorang aktris, model dan penyanyi berkebangsaan Amerika Serikat. Dikenal karena perannya sebagai karakter jenaka "si pirang yang bodoh", ia menjadi salah satu simbol seks terpopuler pada 1950-an dan awal 1960-an dan menjadi lambang perubahan sikap terhadap seksualitas pada era tersebut. Meskipun ia dinobatkan sebagai aktris dengan bayaran tertinggi hanya untuk satu dekade, namun film-filmnya meraih keuntungan $200 juta (setara dengan $17 miliar pada 2018) setelah kematian misteriusnya pada 1962. Lama setelah kematiannya, ia masih menjadi seorang ikon budaya populer yang besar. Pada tahun 1999, Institut Film Amerika menempatkan Monroe pada posisi keenam dalam daftar legenda layar lebar perempuan terbaik dari Masa Keemasan Hollywood.

Lahir dan dibesarkan di Los Angeles, Monroe menjalani sebagian besar masa kecilnya di perumahan dan sebuah panti asuhan dan menikah pada usia 16 tahun. Ia bertemu dengan seorang fotografer dari First Motion Picture Unit ketika bekerja di sebuah pabrik selama Perang Dunia II dan memulai sebuah karier pin-up modeling yang sukses. Ia kemudian mendapatkan kontrak-kontrak film jangka pendek dengan 20th Century Fox dan Columbia Pictures. Setelah serangkaian peran film kecil, ia menandatangani sebuah kontrak baru dengan perusahaan Fox pada akhir 1950. Sepanjang dua tahun berikutnya, ia menjadi populer atas peran-peran dalam beberapa film komedi, termasuk As Young as You Feel dan Monkey Business, dan dalam drama Clash by Night dan Don't Bother to Knock. Ia menghadapi sebuah skandal saat foto-foto telanjangnya terbongkar yang diambil sebelum menjadi seorang bintang, tetapi cerita tersebut tidak merusak kariernya dan malah meningkatkan minat terhadap film-filmnya.

Pada 1953, Monroe menjadi salah satu bintang Hollywood tersukses; ia memainkan peran utama dalam film noir Niagara, yang mana berfokus pada aura seksualnya, dan komedi Gentlemen Prefer Blondes dan How to Marry a Millionaire, yang membangun citra sebagai seorang "pirang bodoh". Pada tahun yang sama, gambar telanjangnya digunakan untuk halaman tengah dan sampul keluaran pertama Playboy. Ia memainkan sebuah peran signifikan dalam pembuatan dan pengelolaan citra publiknya sepanjang kariernya, tetapi ia kecewa ketika mendapatkan typecasting dan dibayar rendah oleh studio. Ia sempat diskors pada awal 1954 karena menolak sebuah proyek film tetapi kembali membintangi The Seven Year Itch (1955), salah satu kesuksesan box office terbesar dalam kariernya.

Ketika studio masih enggan mengubah kontrak Monroe, ia mendirikan perusahaan produksi filmnya sendiri pada 1954. Ia mendedikasikan 1955 untuk membangun perusahaannya dan mulai belajar metode akting di Actors Studio. Belakangan pada tahun tersebut, Fox menganugerahinya sebuah kontrak baru, yang mana memberikannya lebih banyak kendali dan gaji yang lebih besar. Peran selanjutnya meliputi Bus Stop (1956) dan produksi independen pertamanya dalam The Prince and the Showgirl (1957). Ia memenangkan sebuah Golden Globe untuk Aktris Terbaik atas karyanya dalam Some Like It Hot (1959), sebuah kesuksesan kritis dan komersial. Film terakhirnya yang terselesaikan adalah drama The Misfits (1961).

Kehidupan pribadi Monroe yang bermasalah menuai perhatian. Ia berjuang keras melawan kecanduan, depresi, dan kecemasan. Pernikahannya dengan pensiunan bisbol Joe DiMaggio dan penulis drama Arthur Miller mendapatkan publikasi secara luas, dan keduanya berakhir dengan perceraian. Pada 4 Agustus 1962, ia meninggal pada usia 36 setelah mengalami overdosis barbiturat di rumahnya di Los Angeles. Kematiannya dianggap sebagai sebuah kemungkinan bunuh diri, meskipun beberapa teori konspirasi menentangnya.

Kehidupan dan karier

1926–1943: Masa kecil dan pernikahan pertama

Monroe sebagai seorang bayi, mengenakan gaun putih dan duduk diatas karpet kulit domba
Monroe pada masa kecil, ca. 1927

Monroe lahir dengan nama Norma Jeane Mortenson di Los Angeles County Hospital di Los Angeles, California, pada 1 Juni 1926. Ibunya, Gladys Pearl Baker (née Monroe, 1902–1984), berasal dari keluarga Barat Tengah miskin yang bermigrasi ke California pada masa pergantian abad. Pada usia 15, Gladys menikah dengan John Newton Baker, seorang pria abusif yang sembilan tahun lebih tua darinya, dan memiliki dua anak bernama Robert (1917–1933) dan Berniece (b. 1919). Ia berhasil untuk mengajukan gugatan cerai dan hak asuh tunggal pada 1923, tetapi Baker segera menculik anak-anaknya dan pindah bersama mereka ke tempat asalnya Kentucky. Monroe tidak diberitahukan bahwa ia memiliki seorang saudari sampai ia berusia 12 tahun, dan bertemu dengan saudarinya untuk pertama kali ketika dewasa. Setelah perceraian, Gladys bekerja sebagai seorang pemotong negatif film di Consolidated Film Industries. Pada 1924, Gladys menikah dengan Martin Edward Mortenson, tetapi mereka berpisah hanya beberapa bulan kemudian dan bercerai secara resmi pada 1928. Identitas ayah Monroe tidak diketahui, dan ia paling sering menggunakan Baker sebagai marganya.

Meskipun Gladys tidak siap secara mental dan keuangan untuk seorang anak, masa kecil Monroe berjalan dengan stabil dan bahagia. Gladys menempatkan putrinya bersama orang tua asuh Kristen evangelikal Albert dan Ida Bolender di Hawthorne; ia juga tinggal di sana selama enam bulan pertama, sampai ia terpaksa pindah kembali ke kota karena pekerjaannya. Ia kemudian mulai mengunjungi putrinya pada akhir pekan. Pada musim panas 1933, Gladys membeli sebuah rumah kecil di Hollywood dengan sebuah pinjaman dari Home Owners' Loan Corporation dan memindahkan Monroe yang berusia tujuh tahun bersama dengannya. Mereka membagikan rumah tersebut dengan penghuni penginapan, pemeran George dan Maude Atkinson dan putri mereka, Nellie. Pada Januari 1934, Gladys mengalami sebuah gangguan mental dan didiagnosis menderita skizofrenia paranoida. Setelah beberapa bulan di sebuah rumah peristirahatan, ia berobat ke Metropolitan State Hospital. Ia menghabiskan sisa hidupnya keluar-masuk rumah sakit dan jarang menjalin kontak dengan Monroe. Monroe menjadi seorang pasien negara bagian, dan teman ibunya, Grace Goddard, mengambil tanggung jawab atas hubungan Monroe dan ibunya.

"Saat Aku lima tahun sepertinya ... Aku mulai ingin menjadi seorang aktris ... Aku tidak menyukai dunia sekitarku karena agak suram ... Saat Aku mendengar ... akting, Aku berkata bahwa itu yang aku inginkan ... Beberapa keluarga angkatku terkadang mengirimkanku ke perfilman agar Aku keluar dari rumah dan disana Aku duduk sepanjang hari hingga malam. Di arah depan, terdapat layar sangat lebar, seorang anak kecil sendirian, dan aku menyukainya."

 —Monroe dalam sebuah wawancara untuk Life pada 1962

Pada empat tahun berikutnya, situasi kehidupan Monroe sering berubah. Selama 16 bulan pertama, ia terus tinggal dengan keluarga Atkinson, dan pernah dilecehkan secara seksual pada saat tersebut. Selalu menjadi seorang gadis pemalu, ia juga menjadi seseorang yang gagap dan pendiam. Pada musim panas 1935, ia tinggal sebentar dengan Grace dan suaminya Erwin "Doc" Goddard dan dua keluarga lainnya, dan pada September, Grace menempatkannya di Los Angeles Orphans Home. Panti asuhan tersebut adalah "sebuah institusi model" dan dideskripsikan dalam pengartian positif oleh teman-temannya, tetapi Monroe merasa dihiraukan. Didorong oleh pekerja panti asuhan yang berpikir bahwa Monroe akan lebih bahagia hidup dalam sebuah keluarga, Grace menjadi wali hukumnya pada 1936, tetapi tidak membawanya keluar dari panti asuhan sampai musim panas 1937. Kunjungan kedua Monroe dengan keluarga Goddard hanya berlangsung beberapa bulan karena Doc melecehkannya; ia kemudian tinggal dalam jangka waktu singkat dengan kerabatnya dan teman Grace serta kerabat di Los Angeles dan Compton.

Monroe menemukan sebuah rumah yang lebih permanen pada September 1938, ketika ia mulai tinggal bersama dengan bibi Grace, Ana Lower, di Sawtelle. Ia didaftarkan di Emerson Junior High School dan pergi ke layanan Christian Science mingguan dengan Lower. Monroe sebaliknya adalah siswa yang biasa-biasa saja, tetapi unggul dalam menulis dan berkontribusi pada surat kabar sekolah. Karena masalah kesehatan lanjut usia Lower, Monroe kembali untuk tinggal bersama keluarga Goddard di Van Nuys pada sekitaran awal 1941. Pada tahun yang sama, ia mulai masuk Van Nuys High School. Pada 1942, perusahaan yang mempekerjakan Doc Goddard memindahkannya ke Virginia Barat. Undang-undang perlindungan anak California mencegah keluarga Goddard membawa Monroe keluar dari negara bagian tersebut, dan ia harus dikembalikan ke panti asuhan. Sebagai sebuah solusi, ia menikahi putra tetangga mereka yang berusia 21 tahun, pekerja pabrik James Dougherty, pada 19 Juni 1942, tepat setelah ulang tahunnya yang ke-16. Monroe kemudian putus sekolah dan menjadi seorang ibu rumah tangga. Ia menemukan dirinya dan Dougherty tidak cocok dan kemudian menyatakan bahwa ia "hampir mati karena bosan" selama pernikahan. Pada 1943, Dougherty mendaftar di Merchant Marine dan ditempatkan di Pulau Santa Catalina, di mana Monroe pindah dengannya.

1944–1949: Modeling dan peran-peran film pertama

Potret Monroe pada usia 20 tahun, yang diambil di Pabrik Munisi Radioplane
Monroe dipotret oleh David Conover ketika masih bekerja di pabrik Radioplane pada pertengahan 1944

Pada April 1944, Dougherty berlayar ke Pasifik, dan ia tinggal disana selama hampir dua tahun berikutnya. Monroe pindah dengan orang tua Dougherty dan memulai sebuah pekerjaan di Radioplane Company, sebuah pabrik amunisi di Van Nuys. Pada akhir 1944, Monroe bertemu fotografer David Conover, yang dikirim oleh First Motion Picture Unit (FMPU) dari Pasukan Udara Angkatan Darat AS untuk mengambil gambar para buruh perempuan. Meskipun tidak ada gambarnya yang dipakai oleh FMPU, ia keluar dari pabrik tersebut pada Januari 1945 dan memulai modeling untuk Conover dan teman-temannya. Menentang suaminya yang tengah berlayar, ia kemudian pindah sendiri dan menandatangani sebuah kontrak dengan Blue Book Model Agency pada Agustus 1945.

Sebagai model, Monroe sering menggunakan nama Jean Norman saat bekerja. Ia meluruskan rambut cokelat keritingnya dan mengecatnya pirang agar dirinya cocok untuk dipekerjakan. Sosoknya dianggap lebih cocok untuk pin-up daripada modeling mode, dan ia sering tampil dalam iklan dan majalah pria. Menurut Emmeline Snively, pemilik agensi tersebut, Monroe merupakan salah satu model yang pekerja keras dan paling ambisius; pada awal 1946, ia telah tampil pada 33 sampul majalah untuk penerbitan-penerbitan seperti Pageant, U.S. Camera, Laff, dan Peek.

Melalui Snively, Monroe menandatangani sebuah kontrak dengan agensi akting pada Juni 1946. Setelah sebuah wawancara gagal dengan Paramount Pictures, ia diberikan sebuah tes layar oleh Ben Lyon, seorang eksekutif 20th Century-Fox. Kepala eksekutif Darryl F. Zanuck tidak antusias tentang hal tersebut, tapi ia memberinya sebuah kontrak enam bulan standar untuk menghindari ia disewa oleh studio saingan RKO Pictures. Kontrak Monroe dimulai pada Agustus 1946, dan ia serta Lyon memilih nama panggung "Marilyn Monroe". Nama pertama dipilih oleh Lyon, yang teringat pada bintang Broadway Marilyn Miller; yang terakhir adalah nama masa kecil ibu Monroe. Pada September 1946, ia bercerai dengan Dougherty, yang telah menentangnya untuk berkarier.

Foto kartu pos Marilyn Monroe.
Monroe berpose untuk sebuah foto selama karier permodelannya.
Monroe mengenakan gaun dan menghadap sebuah kamera film dalam sebuah foto publisitas yang diambil selama kontrak film pertamanya.
Monroe sebagai seorang pemain kontrak 20th Century-Fox pada 1947. Ia mendapatkan dua peran film kecil semasa dibawah kontrak tersebut dan hengkang setelah setahun. (Foto publisitas studio)

Monroe tidak mendapatkan peran film selama enam bulan pertama dan malah mendedikasikan hari-harinya untuk kelas akting, menyanyi dan menari. Ingin belajar lebih banyak tentang industri film, ia juga menghabiskan waktu di banyak studio untuk mengamati orang lain bekerja dan mempromosikan dirinya sendiri. Kontraknya diperbarui pada Februari 1947, dan ia diberi peran film pertamanya, bagian kecil dalam Dangerous Years (1947) dan Scudda Hoo! Scudda Hay! (1948). Studio tersebut juga mendaftarkannya di Actors' Laboratory Theatre, sebuah sekolah akting yang mengajarkan teknik-teknik dari Group Theatre; ia kemudian menyatakan bahwa pengalaman tersebut adalah "rasa pertamaku tentang seperti apa akting nyata dalam sebuah drama nyata, dan aku terpikat". Terlepas dari antusiasmenya, gurunya menganggapnya terlalu pemalu dan tidak kukuh untuk memiliki sebuah masa depan dalam dunia akting, dan Fox tidak memperpanjang kontrak Monroe pada Agustus 1947. Ia kembali ke modeling sambil sesekali melakukan pekerjaan sampingan di studio film tersebut.

Monroe bertekad menjadikan seorang aktris, dan terus belajar di Actors' Lab. Pada Oktober 1947, ia tampil sebagai penggoda pirang dalam permainan drama Glamour Preferred di Bliss-Hayden Theater, tetapi berakhir setelah hanya beberapa pementasan. Untuk mempromosikan dirinya, ia sering mengunjungi kantor produser, berteman dengan kolumnis gosip Sidney Skolsky, dan menjamu tamu-tamu pria berpengaruh di acara studio, sebuah kebiasaan yang dimulainya di Fox. Ia juga menjadi teman dan pasangan seks sesekali dari eksekutif Fox Joseph M. Schenck, yang membujuk temannya Harry Cohn, kepala eksekutif Columbia Pictures, untuk menyewanya pada Maret 1948.

Ketika di Fox, Monroe diberi peran "gadis dibalik pintu"; di Columbia, ia diperagakan menurut Rita Hayworth. Garis rambutnya dibesarkan dan warna rambutnya diubah menjadi pirang platinum. Ia juga mulai bekerja dengan pelatih drama kepala studio, Natasha Lytess, yang tetap menjadi mentornya sampai 1955. Film satu-satunya di studio tersebut adalah film musikal beranggaran rendah Ladies of the Chorus (1948), di mana ia mendapatkan peran pertamanya sebagai seorang gadis paduan suara yang dirayu oleh seorang pria kaya. Ia juga menjalani tes layar untuk peran utama dalam Born Yesterday (1950), tapi kontraknya tidak diperpanjang pada September 1948.Ladies of the Chorus dirilis pada bulan berikutnya tetapi bukan merupakan sebuah kesuksesan.

Monroe kemudian menjadi anak didik dari Johnny Hyde, wakil presiden dari William Morris Agency. Hubungan mereka segera menjadi seksual dan ia melamarnya, tetapi Monroe menolak. Ia membayar Monroe untuk menjalani operasi plastik di rahangnya dan kemungkinan sebuah rhinoplasti, dan mengambil sedikit bagian dalam film Marx Brothers Love Happy (1950), tur promosi New York yang juga ia ikuti pada 1949. Sementara itu, Monroe melanjutkan modeling. Ia muncul dalam iklan bir Pabst dan berpose dalam pemotretan telanjang artistik untuk kalender John Baumgarth (menggunakan nama 'Mona Monroe'); kedua sesi tersebut dilakukan oleh Tom Kelley. Monroe sebelumnya berpose setengah telanjang atau mengenakan bikini untuk seniman-seniman lain seperti Earl Moran, dan merasa nyaman dengan ketelanjangan. Baumgarth awalnya tidak senang dengan foto-foto tersebut, tetapi menerbitkan salah satunya pada 1950; Monroe tidak secara publik diidentifikasi sebagai model hingga 1952. Meskipun ia kemudian menahan skandal yang diakibatkan dengan mengklaim bahwa ia dengan enggan berpose telanjang karena kebutuhan mendesak akan uang, biografer Spoto dan Banner telah menyatakan bahwa ia tidak tertekan (meskipun menurut Banner, ia awalnya ragu-ragu karena aspirasinya menjadi bintang film) dan menganggap pengambilan gambar tersebut hanya sebagai tugas kerja.

1950–1952: Tahun terobosan

Monroe dalam The Asphalt Jungle. Ia mengenakan busana hitam dan berdiri di pintu, menghadap seorang pria
Monroe sebagai pacar gangster Angela dalam The Asphalt Jungle (1950) karya John Huston, salah satu penampilan pertamanya yang dipuji oleh para kritikus

Pada 1950, Monroe memiliki bagian kecil dalam Love Happy, A Ticket to Tomahawk, Right Cross dan The Fireball, tetapi juga muncul sebagai pemeran pendukung kecil dalam dua film yang mendapatkan pujian kritis: film drama Joseph Mankiewicz All About Eve dan film kejahatan John Huston The Asphalt Jungle. Meskipun durasi layarnya hanya beberapa menit, ia mendapat sebuah singgungan dalam Photoplay dan menurut biografer Donald Spoto "berubah secara efektif dari model film menjadi pemeran serius". Pada Desember 1950, Hyde menegosiasikan kontrak tujuh tahun untuk Monroe dengan 20th Century-Fox. Ia meninggal karena serangan jantung hanya beberapa hari kemudian, yang mana membuat Monroe merasa hancur.

Kontrak Fox memberikan Monroe publisitas lebih, dan ia memainkan peran pendukung dalam empat film beranggaran rendah pada 1951: dalam film drama MGM Home Town Story, dan dalam tiga komedi yang cukup sukses untuk Fox, As Young as You Feel, Love Nest, dan Let's Make It Legal. Menurut Spoto keempat film tersebut "pada dasarnya menampilkannya [sebagai] ornamen seksi", dan ia menerima beberapa pujian dari kritikus: Bosley Crowther dari The New York Times menggambarkannya sebagai "luar biasa" dalam As Young As You Feel dan Ezra Goodman dari Los Angeles Daily News menyebutnya "salah satu [aktris] paling cemerlang" atas Love Nest. Popularitasnya dengan penonton juga meningkat: ia menerima beberapa ribu surat penggemar dalam seminggu, dan disebut sebagai "Nyonya Kue Keju 1951" oleh surat kabar tentara Stars and Stripes, yang merefleksikan preferensi para tentara dalam Perang Korea. Pada Februari 1952, Hollywood Foreign Press Association menyebut Monroe sebagai "tokoh box office muda terbaik". Dalam kehidupan pribadinya, Monroe melakukan sebuah hubungan singkat dengan sutradara Elia Kazan dan juga berkencan dengan beberapa pria lain, termasuk sutradara Nicholas Ray dan pemeran Yul Brynner dan Peter Lawford. Pada awal 1952, ia memulai sebuah hubungan percintaan yang dipublikasikan secara besar-besaran dengan pensiunan bintang bisbol New York Yankees Joe DiMaggio, salah satu tokoh olahraga paling terkenal pada masa tersebut.

Monroe berperan sebagai seorang pramusiwi yang terganggu secara mental dalam film cerita seru Don't Bother to Knock (1952)

Monroe menemukan dirinya menjadi pusat sebuah skandal pada Maret 1952, ketika ia mengungkapkan bahwa ia telah berpose untuk sebuiah foto telanjang pada 1949, yang sekarang ditampilkan dalam kalender. Studio telah mengetahui tentang foto-foto tersebut dan bahwa ia secara terbuka dikabarkan menjadi model beberapa minggu sebelumnya, dan bersama dengan Monroe memutuskan bahwa untuk menghindari kerusakan kariernya, yang terbaik adalah mengakuinya sambil menekankan bahwa ia bangkrut pada masa tersebut. Strategi tersebut mendapatkan simpati publik dan meningkatkan minat terhadap film-filmnya, menjadikannya sebagai aktris berbayaran tertinggi. Setelah skandal tersebut, Monroe tampil pada sampul depan dari Life sebagai "Pembicaraan dari Hollywood" dan kolumnis gosip Hedda Hopper menyebutnya sebagai "ratu kue keju" yang menjadi "amukan box office". Fox merilis tiga film Monroe—Clash by Night, Don't Bother to Knock dan We're Not Married!—segera setelah memanfaatkan minat umum.

Keith Andes dan Monroe dalam Clash by Night (1952). Film tersebut memungkinkan Monroe untuk menampilkan lebih banyak jangkauan aktingnya dalam sebuah peran dramatis.

Terlepas dari popularitas barunya sebagai sebuah simbol seks, Monroe juga berharap untuk menunjukan lebih banyak jangkauan aktingnya. Ia mulai mengambil kelas akting dengan Michael Chekhov dan pemain pantomim Lotte Goslar segera setelah memulai kontrak Fox, dan Clash by Night dan Don't Bother to Knock menampilkannya dalam peran yang lebih bernuansa. Dalam Clash by Night, sebuah drama yang dibintangi oleh Barbara Stanwyck dan disutradarai oleh Fritz Lang, ia berperan sebagai seorang pekerja pengalengan ikan; untuk persiapan, ia menghabiskan waktunya di sebuah pabrik pengalengan ikan di Monterey. Ia menerima ulasan positif untuk penampilannya: The Hollywood Reporter menyatakan "ia layak mendapatkan status bintang dengan interpretasinya yang sangat baik", dan Variety menulis bahwa ia "memiliki sebuah kemudahan dalam penyampaian yang mana membuatnya sangat populer".Don't Bother to Knock adalah sebuah film cerita seru di mana Monroe berperan sebagai seorang pramusiwi penderita gangguan mental, dan Zanuck menggunakan peran tersebut untuk menguji kemampuannya dalam peran dramatis yang lebih berat. Film tersebut menerima ulasan beragam dari para kritikus, dengan Crowther menganggapnya terlalu berpengalaman untuk peran yang sulit, dan Variety menjelek-jelekan masalah naskah untuk film tersebut.

Tiga film lain Monroe pada 1952 melanjutkan kekhasannya dalam peran-peran komika yang berfokus terhadap daya tarik seksnya. Dalam We're Not Married!, perannya sebagai seorang kontestan kecantikan diciptakan semata-mata untuk "menampilkan Marilyn dalam dua pakaian renang", menurut penulisnya Nunnally Johnson. Dalam Monkey Business karya Howard Hawks, di mana ia beradu akting dengan Cary Grant, ia berperan sebagai seorang sekretaris yang "bodoh, pirang kekanak-kanakan, polos tidak menyadari malapetaka di sekitarnya yang disebabkan oleh keseksian". Dalam O. Henry's Full House, ia memainkan sebuah peran kecil sebagai seorang pekerja seks. Monroe menambah reputasinya sebagai sebuah simbol seks baru dengan pertunjukan publisitas tahun tersebut: ia mengenakan sebuah gaun terbuka ketika berperan sebagai Marsekal Agung dalam parade Miss America Pageant, dan memberitahukan kolumnis gosip Earl Wilson bahwa ia biasanya tidak mengenakan pakaian dalam. Pada akhir tahun tersebut, kolumnis gosip Florabel Muir menamai Monroe sebagai "it girl" tahun 1952.

Pada masa tersebut, Monroe meraih reputasi untuk peran-peran sulit pada sejumlah film-film, yang diperburuh dengan perjuangan kariernya: ia sering terlambat atau tidak tampil pada seluruh adegan, tidak mengingat kalimatnya, dan butuh melakukan beberapa pengambilkan gambar ulang sebelum ia benar-benar membetulkan penampilannya. Rasa ketergantungan pada pelatih aktingnya, mula-mula Natasha Lytess dan kemudian Paula Strasberg, juga menyulitkan para sutradaranya. Masalah Monroe terpacu pada kombinasi perfeksionisme, penekanan diri yang rendah, dan demam panggung; ia tidak suka kekurangan kendali saat ia berkarya pada film-film, dan tidak pernah mengalami masalah serupa pada saat pengambilan foto, di mana ia lebih menyinggung penampilannya daripada secara mendadak mengikuti naskah. Untuk mengobati kecemasan dan insomnia kronis, ia mulai menggunakan barbiturat, ampetamin dan alkohol, yang juga menambah masalahnya, meskipun ia tidak mengalami kecanduan sampai 1956. Menurut Sarah Churchwell, beberapa perilaku Monroe khususnya dalam kariernya dilakukan dalam rangka menanggapi sikap merendahkan dan pembelaian yang dilakukan oleh para sutradara dan bintang laki-laki sejawatnya. Hal yang sama juga diutarakan oleh dengan Lois Banner yang menyatakan bahwa ia dilecehkan oleh beberapa sutradaranya.

1953: Naik daun

Monroe dalam Niagara. Sebuah tampilan dekat dari wajah dan bahunya; ia menggunakan anting-anting emas dan sebuah atasan yang sangat merah muda
Monroe sebagai Rose Loomis dalam film noir Niagara (1953), yang mana berpusat pada daya tarik seksnya
Monroe dan lawan mainnya Jane Russell setelah menempelkan tangan mereka pada beton basah di Grauman's Chinese Theatre
Monroe dalam How to Marry a Millionaire. Ia mengenakan sebuah baju renang oranye dan duduk di sebelah Betty Grable, yang mengenakan celana pendek dan sebuah kemeja, dan Lauren Bacall, yang mengenaka sebuah gaun biru.
Monroe, Betty Grable, dan Lauren Bacall dalam How to Marry a Millionaire, kesuseksan box offie terbesarnya pada 1953

Monroe membintangi tiga film yang dirilis pada 1953 dan muncul sebagai seorang simbol seks utama dan salah satu seniman Hollywood yang paling menguntungkan. Yang pertama adalah film noir Technicolor Niagara, di mana ia memerankan seorang femme fatale yang berencana untuk membunuh suaminya (diperankan oleh Joseph Cotten). Mulai saat tersebut, Monroe dan penata riasnya Allan "Whitey" Snyder telah mengembangkan tampilan riasan "khasnya": alis melengkung gelap, kulit pucat, bibir merah "berkilau", dan kesan kecantikan. Menurut Sarah Churchwell, Niagara adalah salah satu film seksual paling terbuka dalam karier Monroe. Dalam beberapa adegan, tubuh Monroe hanya ditutupi oleh selembar kain atau handuk, yang dianggap mengejutkan oleh penonton masa kini. Adegan paling terkenal Niagara adalah sebuah pengambilan gambar panjang 30 detik di belakang Monroe ketika ia terlihat berjalan dengan pinggulnya yang bergoyang, yang kemudian banyak digunakan untuk pemasaran film tersebut.

Ketika Niagara dirilis pada Januari 1953, klub wanita melakukan protes terhadap hal tersebut yang dianggap tidak bermoral, tetapi terbukti populer diantara kalangan penonton. Sementara Variety menganggapnya "klise" dan "tidak wajar", The New York Times berkomentar bahwa "air terjun dan Nyonya Monroe sedikit terlihat", seolah-olah Monroe mungkin bukan "aktris yang sempurna pada titik ini ... ia bisa menggoda—bahkan ketika ia berjalan". Monroe terus menarik perhatian dengan mengenakan pakaian terbuka, yang paling terkenal adalah di upacara penghargaan Photoplay pada Januari 1953, ketika ia meraih penghargaan "Bintang Terbit Paling Cepat". Ia mengenakan sebuah gaun emas ketat lamé, yang mendorong bintang veteran Joan Crawford untuk secara terbuka menyebut perilakunya "tidak pantas menjadi seorang aktris dan seorang wanita".

Ketika Niagara menjadikan Monroe sebagai simbol seks dan menaikdaunkan "penampilan"-nya, film keduanya pada 1953, komedi musikal satir Gentlemen Prefer Blondes, mengokohkan persona layarnya sebagai seorang "pirang yang bodoh". Berdasarkan pada novel karya Anita Loos dan versi Broadway-nya, film tersebut berfokus pada dua gadis panggung "matre" yang diperankan oleh Monroe dan Jane Russell. Peran Monroe awalnya ditujukan untuk Betty Grable, yang telah menjadi "pirang menarik" paling populer 20th Century-Fox pada 1940-an; Monroe dengan cepat melampauinya sebagai seorang bintang yang dapat menarik baik bagi penonton pria maupun wanita. Sebagai bagian dari kampanye publisitas film tersebut, ia dan Russell menempelkan tangan dan jejak kaki mereka pada beton basah diluar Grauman's Chinese Theatre pada Juni.Gentlemen Prefer Blondes dirilis tidak lama kemudian dan menjadi salah satu kesuksesan box office terbesar pada tahun tersebut. Crowther dari The New York Times dan William Brogdon dari Variety keduanya berkomentar secara positif terhadap Monroe, terutama memuji penampilannya "Diamonds Are a Girl's Best Friend"; menurut kritikus yang disebutkan terakhir, Monroe mendemonstrasikan "kemampuan seks terhadap sebuah lagu serta menunjukan nilai-nilai penglihatan dari sebuah adegan dengan kehadirannya".

Pada September, Monroe memulai debut televisinya dalam Jack Benny Show, memerankan wanita fantasi Jack dalam episode "Honolulu Trip". Ia beradu akting dengan Betty Grable dan Lauren Bacall dalam film ketiganya pada tahun tersebut, How to Marry a Millionaire, yang dirilis pada November. Film tersebut menampilkan Monroe sebagai seorang model naif yang bekerjasama dengan teman-temannya untuk menemukan suami kaya, mengulangi formula kesuksesannya dalam Gentlemen Prefer Blondes. Film tersebut adalah film kedua yang pernah dirilis dalam CinemaScope, sebuah format layar lebar yang diharapkan oleh Fox da[at menarik penonton kembali ke bioskop karena televisi mulai menyebabkan kerugian bagi studio film tersebut. Terlepas dari ulasan beragam, film tersebut adalah kesuksesan box office terbesar Monroe pada masa tersebut dalam kariernya.

Monroe masuk dalam Top Ten Money Making Stars Poll pada 1953 dan 1954, dan menurut sejarawan Fox, Aubrey Solomon, Monroe menjadi "aset terbesar" studio tersebut bersama dengan CinemaScope. Posisi Monroe sebagai seorang simbol seks terkemuka dikonfirmasi pada Desember 1953, ketika Hugh Hefner menampilkannya pada sampul dan sebagai halaman tengah dalam edisi pertama Playboy; Monroe tidak menyetujui penerbitan tersebut. Gambar sampul tersebut adalah fotonya yang diambil dalamn parade Miss America Pageant pada 1952, dan sampul tengahnya menampilkan salah satu foto telanjangnya pada 1949.

1954–1955: Konflik antara 20th Century-Fox dan pernikahan dengan Joe DiMaggio

Tampilan dekat ciuman Monroe dan DiMaggio; Monroe mengenakan sebauh setelan gelap dengan sebuah kerah bulu putih dan DiMaggio dalam sebuah setelan gelap
Joe DiMaggio dan Monroe setelah menikah di San Francisco City Hall, Januari 1954
Monroe berdiri di sebuah mimbar mengenakan gaun ketat dan sandal hak tinggi, menyapa kerumunan Marinir AS
Berpose untuk tentara-tentara di Korea setelah pementasan USO pada Februari 1954

Monroe telah menjadi salah satu bintang terbesar 20th Century-Fox, tetapi kontraknya tidak berubah sejak 1950, yang berarti bahwa ia dibayar jauh lebih rendah daripada bintang-bintang lainnya berstatus sama dan tidak dapat memilih proyeknya. Usahanya untuk tampil dalam film yang tidak berfokus padanya sebagai seorang pin-up telah digagalkan oleh kepala eksekutif studio tersebut, Darryll F. Zanuck, yang memiliki ketidaksukaan pribadi yang kuat terhadapnya dan tidak berpikir bahwa ia akan memberikan penghasilan terhadap studio tersebut sebanyak ketika memainkan jenis peran lain. Dibawah tekanan dari pemilik studio tersebut, Spyros Skouras, Zanuck juga memutuskan bahwa Fox harus fokus secara eksklusif pada hiburan untuk memaksimalkan keuntungan dan membatalkan produksi 'film serius' apapun. Pada Januari 1954, ia menangguhkan kontrak Monroe ketika ia menolak untuk memulai pengambilan gambar komedi musikal lainnya, The Girl in Pink Tights.

Hal tersebut menjadi halaman depan berita, dan Monroe segera mengambil tindakan untuk melawan publisitas negatif tersebut. Pada 14 Januari, ia dan Joe DiMaggio menikah di San Francisco City Hall. Mereka kemudian melakukan perjalanan ke Jepang, bersamaan dengan sebuah bulan madu dan perjalanan bisnis DiMaggio. Dari Tokyo, ia terbang secara sendirian ke Korea, di mana ia berpartisipasi dalam sebuah pementasan USO, menyanyikan beberapa lagu dari film-filmnya kepada lebih dari 60.000 Marinir A.S. selama lebih dari empat hari. Setelah kembali ke A.S., ia dianugerahi penghargaan "Bintang Perempuan Paling Populer" Photoplay. Monroe menetap dengan Fox pada Maret, dengan janji sebuah kontrak baru, sebuah gaji tambahan $100.000, dan peran utama dalam film adaptasi dari kesuksesan Broadway The Seven Year Itch.

Pada April 1954, film barat Otto Preminger River of No Return, film terakhir yang difilmkan oleh Monroe sebelum penangguhan, kemudian dirilis. Ia menyebut film tersebut sebagai sebuah "film koboi tingkat Z yang aktingnya menempati urutan kedua setelah pemandangan dan pemrosesan CinemaScope", tetapi film tersebut populer diantara kalangan penonton. Film pertama yang ia buat setelah penangguhannya adalah film musikal There's No Business Like Show Business, yang sangat ia tidak sukai tetapi studionya mengharuskannya tampil dalam film tersebut setelah menolak The Girl in Pink Tights. Film tersebut tidak berhasil saat dirilis pada akhir 1954, dengan penampilan Monroe yang dianggap vulgar oleh banyak kritikus.

Monroe berpose untuk para fotografer, mengenakan gaun putih, yang bagian ujungnya diangkat oleh udara dari sebuah parit kereta bawah tanah tempat ia berdiri.
Berpose untuk para fotografer saat pengambilan gambar adegan parit kereta bawah tanah di Manhattan untuk The Seven Year Itch

Pada September 1954, Monroe memulai syuting film komedi Billy Wilder The Seven Year Itch, beradu akting dengan Tom Ewell sebagai seorang wanita yang menjadi objek fantasi seksual tetangganya yang telah menikah. Meskipun film tersebut melakukan pengambilan gambarnya di Hollywood, studio memutuskan untuk menghasilkan publisitas dengan melakukan pembuatan film dari sebuah adegan di mana Monroe berdiri di parit kereta bawah tanah dengan udara meniup rok gaun putihnya di Lexington Avenue di Manhattan. Pengambilan gambar tersebut berlangsung selama beberapa jam dan menarik hampir 2.000 penonton. "Adegan parit kereta bawah tanah" menjadi salah satu hal yang paling terkenal dari Monroe dan The Seven Year Itch menjadi salah satu kesuksesan komersial terbesar tahun ini setelah dirilis pada Juni 1955.

Tindakan publisitas tersebut menempatkan Monroe pada laman-laman depan internasional, dan hal tersebut juga menandai akhir dari pernikahannya dengan DiMaggio, yang marah karenanya. Pasangan tersebut telah bermasalah sejak awal oleh kecemburuan dan sikap DiMaggio yang pengontrol; ia juga melakukan kekerasan fisik. Setelah kembali dari NYC ke Hollywood pada Oktober 1954, Monroe mengajukan gugatan cerai, setelah hanya sembilan bulan menikah.

Setelah pemfilman The Seven Year Itch diselesaikan pada November 1954, Monroe meninggalkan Hollywood untuk East Coast, di mana ia dan fotografer Milton Greene mendirikan perusahaan produksi mereka sendiri, Marilyn Monroe Productions (MMP)—sebuah tindakan yang kemudian disebut "alat" dalam runtuhnya sistem studio. Monroe menyatakan bahwa ia "bosan dengan peran-peran seks lama yang sama" dan menegaskan bahwa ia tidak lagi terikat kontrak dengan Fox, karena tidak memenuhi tugasnya, seperti membayar gaji tambahan yang dijanjikan. Hal tersebut memulai pertarungan hukum selama setahun antara ia dan Fox pada Januari 1955. Pers sebagian besar mengejek Monroe dan ia diparodikan dalam permainan drama Broadway Will Success Spoil Rock Hunter? (1955), di mana orang yang mirip dengannya Jayne Mansfield berperan sebagai aktris bodoh yang memulai perusahaan produksinya sendiri.

Monroe, yang mengenakan rok, blus dan jaket, berdiri dibawah sebuah papan untuk Actors Studio sambil memandang ke benda tersebut
Monroe di Actors Studio

Setelah mendirikan MMP, Monroe pindah ke Manhattan dan menghabiskan 1955 untuk belajar akting. Ia mengambil kelas dengan Constance Collier dan menghadiri lokakarya metode akting di Actors Studio, yang dijalankan oleh Lee Strasberg. Ia tumbuh dekat dengan Strasberg dan istrinya Paula, menerima pelajaran pribadi di rumah mereka atas rasa malunya, dan segera dianggap sebagai anggota keluarga tersebut. Ia mengganti pelatih akting lamanya, Natasha Lytess, dengan Paula; Strasbergs tetap menjadi pengaruh penting selama sisa kariernya. Monroe juga mulai menjalani psikoanalisis, karena Strasberg percaya bahwa seorang pemeran pasti menghadapi trauma emosional mereka dan menggunakannya dalam penampilan mereka.

Monroe melanjutkan hubungannya dengan DiMaggio meskipun proses perceraian sedang berlangsung; ia juga berkencan dengan pemeran Marlon Brando dan penulis drama Arthur Miller. Ia pertama kali diperkenalkan ke Miller oleh Elia Kazan pada awal 1950-an. Perselingkuhan antara Monroe dan Miller menjadi semakin serius setelah Oktober 1955, ketika perceraiannya diselesaikan dan Miller berpisah dari istrinya. Studio mendesaknya untuk mengakhirinya, karena Miller sedang diselidiki oleh FBI atas tuduhan komunisme dan telah dipanggil oleh House Un-American Activities Committee, tetapi Monroe menolak. Hubungan tersebut menyebabkan FBI membuka berkas tentang dirinya.

Pada akhir tahun, Monroe dan Fox membuat sebuah kontrak baru berdurasi tujuh tahun, karena MMP tidak akan dapat membiayai film secara sendirian, dan studio sangat ingin agar Monroe bekerja untuk mereka lagi. Fox membayarnya $400.000 untuk membuat empat film, dan memberinya hak untuk memilih proyek, sutradara, dan sinematografernya sendiri. Ia juga bebas untuk membuat satu film dengan MMP untuk setiap film yang diselesaikan dengan Fox.

1956–1959: Sambutan kritis dan pernikahan dengan Arthur Miller

Monroe dan Don Murray dalam Bus Stop. Ia mengenakan mantel compang-camping dan topi kecil yang diikat dengan sebuah pita dan bertengkar dengan Murray, yang mengenakan jins, sebuah jaket denim dan topi koboi.
Penampilan dramatis Monroe dalam Bus Stop (1956) menandai kepergiannya dari film komedi awalnya.

Monroe memulai 1956 dengan mengumumkan kemenangannya terhadap 20th Century-Fox. Pers sekarang menulis tanggap baik tentang keputusannya untuk melawan studio tersebut; Time menyebutnya "pengusaha wanita cerdik" dan Look memprediksikan bahwa kemenangan tersebut akan menjadi "contoh individu melawan kawanan untuk tahun-tahun mendatang". Sebaliknya, hubungan Monroe dengan Miller memicu beberapa komentar negatif, seperti pernyataan Walter Winchell bahwa "bintang film Amerika berambut pirang yang paling terkenal sekarang adalah kesayangan kaum intelektual sayap kiri."

Pada Maret, Monroe memulai syuting film drama Bus Stop, film pertamanya dibawah kontrak barunya. Ia berperan sebagai Chérie, seorang penyanyi salon yang impiannya menjadi bintang dipersulit oleh seorang koboi naif yang jatuh cinta padanya. Untuk peran tersebut, ia mempelajari aksen Ozark, memilih kostum dan penataan rias yang kurang glamor daripada film-film sebelumnya, dan sengaja menampilkan nyanyian dan tarian yang biasa. Sutradara Broadway Joshua Logan setuju untuk menyutradarainya, meskipun awalnya meragukan kemampuan aktingnya dan mengetahui reputasinya sebagai penyesulit. Pemfilman mengambil tempat di Idaho dan Arizona, dengan Monroe yang "secara teknis bertanggung jawab" sebagai kepala MMP, kadang-kadang menjadi pemilihan keputusan terhadap sinematografi dan dengan Logan mengadaptasi keterlambatan kronis dan perfeksionismenya. Pengalaman tersebut mengubah opini Logan tentang Monroe, dan ia kemudian membandingkannya dengan Charlie Chaplin dalam kemampuannya untuk memadukan komedi dan tragedi.

Foto Monroe dan Miller sedang memotong kue di pernikahan mereka. Cadarnya diangkat dari wajahnya dan Miller mengenakan kemeja putih dengan dasi gelap.
Arthur Miller dan Monroe di pernikahan mereka pada Juni 1956

Pada 29 Juni, Monroe dan Miller menikah di Westchester County Court di White Plains, New York; dua hari kemudian mereka mengadakan upacara Yahudi di rumah Kay Brown, agen kesusatraan Miller, di Waccabuc, New York. Dengan pernikahan tersebut, Monroe pindah ke Yudaisme, yang menyebabkan Mesir mencekal semua filmnya. Karena status Monroe sebagai seorang simbol seks dan citra Miller sebagai seorang intelektual, media melihat pasangan tersebut sebagai sebuah ketidakcocokan, sebagaimana dibuktikan oleh kepala majalah Variety, "Orang Terpelajar Menikahi Jam Pasir".

Bus Stop dirilis pada Agustus 1956 dan menjadi sebuah kesuskesan kritis dan komersial.The Saturday Review of Literature menulis bahwa penampilan Monroe "secara efektif menghilangkan anggapan bahwa ia hanyalah seorang yang berkepribadian glamor" dan Crowther menyatakan: "Peganglah kursi Anda, semuanya, dan bersiaplah untuk kejutan yang menggetarkan. Marilyn Monroe akhirnya membuktikan dirinya sebagai seorang aktris." Ia juga menerima sebuah nominasi Golden Globe untuk Aktris Terbaik atas penampilannya.

Tampilan dekat dari Monroe dan Laurence Olivier yang tersenyum, pipi ke pipi. Ia memakai anting berlian panjang.
Laurence Olivier dan Monroe ketika sebuah konferensi pers untuk mengumumkan proyek bersama mereka, The Prince and the Showgirl (1957)

Pada Agustus, Monroe juga mulai memfilmkan produksi independen pertama MMP, The Prince and the Showgirl, di Pinewood Studios di Inggris. Berdasarkan pada sebuah drama tentang perselingkuhan antara seorang gadis panggung dan seorang pangeran pada 1910-an, film tersebut disutradarai, diproduseri bersama dan dibintangi oleh Laurence Olivier. Produksi tersebut diperumit oleh konflik antara Olivier dan Monroe. Olivier membuatnya marah dengan pernyataan menggurui "Yang harus Anda lakukan adalah menjadi seksi" dan usahanya untuk membuatnya meniru interpretasi Vivien Leigh terhadap karakter dalam versi panggung. Olivier juga tidak menyukai kehadiran Paula Strasberg, pelatih akting Monroe, dalam lokasi syuting. Sebagai pembalasan, Monroe menjadi tidak kooperatif dan mulai sengaja datang terlambat, kemudian menyatakan bahwa "jika Anda tidak menghormati seniman Anda, mereka tidak dapat bekerja dengan baik."

Monroe juga mengalami masalah lain selama produksi. Ketergantungannya pada obat-obatan meningkat dan, menurut Spoto, ia mengalami keguguran. Ia dan Greene juga memperdebatkan bagaimana MMP harus dijalankan. Terlepas dari kesulitan tersebut, syuting diselesaikan sesuai jadwal pada akhir 1956.The Prince and the Showgirl dirilis dengan mendapatkan ulasan beragam pada Juni 1957 dan terbukti tidak populer diantara kalangan penonton Amerika. Film tersebut mendapatkan sambutan yang lebih baik diterima di Eropa, di mana ia dianugerahi David di Donatello Italia dan penghargaan Bintang Kristal Prancis dan dinominasikan untuk sebuah BAFTA.

Setelah kembali dari Inggris, Monroe mengambil cuti selama 18 bulan untuk berkonsentrasi pada kehidupan keluarganya. Ia dan Miller membagi waktu mereka antara NYC, Connecticut dan Long Island. Ia mengalami sebuah kehamilan ektopik pada pertengahan 1957, dan sebuah keguguran setahun kemudian; masalah tersebut kemungkinan besar terkait dengan endometriosis-nya. Monroe juga sempat dirawat di rumah sakit karena overdosis barbiturat. Karena ia dan Greene tidak bisa menyelesaikan perselisihan mereka terhadap MMP, Monroe membeli saham perusahaannya.

Monroe, Curtis dan Lemmon bermain alat musik dengan musisi lainnya dalam orkestra
Bersama Tony Curtis dan Jack Lemmon dalam Some Like It Hot (1959) karya Billy Wilder, yang mana memberikannya Golden Globe

Monroe kembali ke Hollywood pada Juli 1958 untuk beradu akting dengan Jack Lemmon dan Tony Curtis dalam film komedi Billy Wilder tentang peran-peran gender, Some Like It Hot. Meski ia menganggap peran Sugar Kane sebagai "pirang bodoh" lainnya, Monroe menerima peran tersebut karena dorongan Miller dan tawaran sepuluh persen dari laba film tersebut sebagai tambahan untuk gaji standarnya. Produksi sulit film tersebut telah menjadi "legendaris". Monroe menuntut lusinan pengambilan ulang, dan tidak ingat dialog atau aktingnya sesuai arahan—Curtis dikenal setelah menyatakan bahwa mencium Monroe terasa "seperti mencium Hitler" karena jumlah pengambilan ulangnya. Monroe sendiri secara pribadi menyamakan produksinya dengan sebuah kapal yang tenggelam dan mengomentari ucapan lawan mainnya dan sutradaranya "[tetapi] mengapa saya harus khawatir, saya tidak kehilangan simbol lingga." Banyak masalah berasal dari dirinya dan Wilder—yang juga memiliki sebuah reputasi sebagai orang yang kesusahan—tidak setuju tentang bagaimana ia harus memainkan peran tersebut. Monroe membuatnya marah dengan meminta untuk mengubah banyak adegannya, yang pada gilirannya membuat suasana panggungnya lebih buruk, dan disimpulkan bahwa ia dengan sengaja merusak beberapa adegan yang diperankannya.

Pada akhirnya, Wilder senang dengan penampilan Monroe dan menyatakan: "Siapa pun dapat mengingat dialog, tetapi dibutuhkan seniman sungguhan untuk datang ke lokasi syuting dan tidak mengetahui dialognya sehingga memberikan penampilan yang ia dapat lakukan!"Some Like It Hot menjadi sebuah kesuksesan kritis dan komersial ketika dirilis pada Maret 1959.Penampilan Monroe membuatnya memberikannya sebuah Golden Globe untuk Aktris Terbaik, dan mendorong Variety untuk menyebutnya "seorang komedian dengan kombinasi daya tarik seks dan ketepatan waktu yang tidak bisa dikalahkan". Film tersebut terpilih menjadi salah satu film terbaik yang pernah dibuat dalam jajak pendapat buatan BBC,Institut Film Amerika, dan Sight & Sound.

1960–1962: Penurunan karier dan kesulitan pribadi

Monroe dan Montand berdiri di samping sebuah piano dalam sebuah latar studio dan melihat ke lembaran musik.
Yves Montand dan Monroe dalam film komedi musikal Let's Make Love (1960), yang mana Monroe setujui untuk dikerjakannya hanya untuk memenuhi kontraknya dengan Fox

Setelah Some Like It Hot, Monroe mengambil jeda kembali hingga akhir 1959, ketika ia membintangi film komedi musikal Let's Make Love. Ia memilih George Cukor untuk menyutradarai dan Miller menulis ulang beberapa naskah, yang ia anggap lemah; Monroe menerima bagian tersebut semata-mata karena ia berada di bawah kontraknya dengan Fox. Produksi film tersebut tertunda karena Monroe sering absen dari syuting. Selama pengambilan gambar , Monroe melakukan sebuah hubungan luar pernikahan dengan lawan mainnya Yves Montand, yang dilaporkan secara luas oleh pers dan digunakan dalam kampanye publisitas film tersebut.Let's Make Love tidak berhasil setelah dirilis pada September 1960; Crowther menggambarkan Monroe tampil "agak tidak rapi" dan "kurang ... dinamisme Monroe yang lama", dan Hedda Hopper menyebut film tersebut sebagai "film paling vulgar yang pernah dibuat [oleh Monroe]".Truman Capote kemudian meminta Monroe untuk memerankan Holly Golightly dalam sebuah adaptasi film dari Breakfast at Tiffany's, tetapi peran tersebut jatuh ke Audrey Hepburn karena produsernya takut jika Monroe akan mempersulit produksi.

Film terakhir yang Monroe selesaikan adalah The Misfits karya John Huston, yang ditulis oleh Miller untuk memberikannya sebuah peran dramatis. Ia memerankan seorang wanita yang baru saja bercerai, yang kemudian berteman dengan tiga koboi tua, diperankan oleh Clark Gable, Eli Wallach dan Montgomery Clift. Pemfilman di gurun Nevada antara Juli dan November 1960 kembali mengalami kendala. Pernikahan Monroe dan Miller berakhir, dan ia memulai sebuah hubungan baru dengan fotografer set Inge Morath. Monroe tidak suka bahwa ia harus mendasarkan perannya pada hidupnya, dan menganggap peran tersebut lebih rendah daripada peran laki-laki; ia juga berjuang dengan kebiasaan Miller menulis ulang adegan-adegan pada malam sebelum syuting. Kesehatan Monroe juga menurun: ia mengalami sakit karena batu empedu, dan kecanduan obatnya begitu parah sehingga dandanannya biasanya harus digunakan ketika ia masih tidur di bawah pengaruh barbiturat. Pada Agustus, pemfilman dihentikan karena ia harus menghabiskan seminggu di rumah sakit detoks. Terlepas dari masalahnya, Huston menyatakan bahwa ketika Monroe berakting, ia "tidak berpura-pura untuk beremosi. Itu adalah hal yang nyata. Ia akan masuk jauh ke dalam dirinya dan menemukan emosi tersebut dan membawanya ke kesadaran."

Monroe dalam The Misfits, memegang sebuah topi bertepi lebar berisi uang dolar dan berdiri di samping Clark Gable dan Thelma Ritter. Di belakang mereka terdapat sebuah papan bertuliskan "BAR" dan kerumunan orang.
Estelle Winwood, Eli Wallach, Montgomery Clift, Monroe, dan Clark Gable dalam The Misfits (1961). Film tersebut adalah film terakhir yang diselesaikan untuk Monroe dan Gable, setelah mereka meninggal pada dua tahun kemudian

Monroe dan Miller berpisah setelah pemfilman selesai, dan ia memperoleh sebuah perceraian Meksiko pada Januari 1961.The Misfits dirilis pada bulan berikutnya, dan gagal di box office. Ulasannya bercampur-campur, dengan Variety mengeluhkan tentang pengembangan karakternya, dan Bosley Crowther menyebut Monroe "benar-benar kosong", menambahkan, "... Sayangnya untuk struktur film tersebut, segala aspeknya malah menurun". Film tersebut menerima ulasan yang lebih baik pada abad ke-21. Geoff Andrew dari Institut Film Inggris menyebut film tersebut sebuah klasik, Tony Trac menggambarkan penampilan Monroe sebagai "interpretasi paling matang dalam kariernya", dan Geoffrey McNab dari The Independent memujinya atas "luar biasa" dalam menampilkan "kekuatan empati" karakternya.

Monroe selanjutnya akan membintangi sebuah adaptasi televisi dari Rain karya W. Somerset Maugham untuk NBC, tetapi proyek tersebut dibatalkan karena stasiun tersebut tidak ingin mempekerjakan sutradara pilihannya, Lee Strasberg. Alih-alih bekerja, ia menghabiskan enam bulan pertama pada 1961 dengan disibukkan oleh masalah kesehatannya. Ia menjalani kolesistektomi dan operasi untuk endometriosis-nya, dan menghabiskan empat minggu dirawat di rumah sakit karena depresi. Ia dibantu oleh mantan suaminya Joe DiMaggio, yang dengannya ia menjalin kembali sebuah hubungan persahabatan, dan berkencan dengan teman DiMaggio, Frank Sinatra, selama beberapa bulan. Monroe juga pindah kembali secara permanen ke California pada 1961, dengan membeli sebuah rumah di 12305 Fifth Helena Drive di Brentwood, Los Angeles pada awal 1962.

Monroe mengenakan sebuah gaun putih yang dengan motif bunga dan punggung terbuka. Ia berdiri dan tersenyum ke arah kamera.
Monroe di set dari Something's Got to Give. Ia absen selama sebagian besar produksi film tersebut karena sakit dan dipecat oleh Fox pada Juni 1962, dua bulan sebelum kematiannya

Monroe kembali menjadi perhatian publik pada musim semi 1962; ia menerima sebuah Penghargaan Golden Globe untuk "Favorit Film Dunia" dan memulai pengambilan gambar untuk sebuah film Fox, Something's Got to Give, sebuah buat ulang dari My Favorite Wife (1940). Film tersebut akan diproduksi bersama oleh MMP, disutradarai oleh George Cukor dan dibintangi oleh Dean Martin dan Cyd Charisse. Berhari-hari sebelum pemfilman dimulai, Monroe terkena sinusitis; meskipun saran medis menganjurkannya untuk menunda produksi, Fox justru memulainya sesuai rencana pada akhir April. Monroe terlalu sakit untuk bekerja selama enam minggu ke depan, tetapi meskipun terdapat konfirmasi dari banyak dokter, studio menekannya dengan secara terbuka menuduhnya berpura-pura. Pada 19 Mei, ia mengambil sebuah cuti untuk menyanyikan "Happy Birthday, Mr. President" di atas panggung pada perayaan ulang tahun Presiden John F. Kennedy di Madison Square Garden di New York. Ia menarik perhatian dengan kostumnya: sebuah gaun krem ketat yang dilapisi berlian imitasi, yang membuatnya tampak telanjang. Perjalanan Monroe ke New York membuat para eksekutif Fox semakin kesal, dan mereka ingin untuk Monroe menunda perjalanan tersebut.

Monroe selanjutnya memfilmkan sebuah adegan untuk Something's Got to Give, di mana ia berenang sambil telanjang di sebuah kolam renang. Untuk menghasilkan publisitas tambahan, pers diundang untuk mengambil foto, yang kemudian diterbitkan dalam Life. Ini adalah pertama kalinya seorang bintang besar berpose telanjang dalam puncak karier mereka. Ketika ia kembali mengambil cuti sakit selama beberapa hari, Fox memutuskan agar ia tidak melanjutkan produksi film lainnya yang masih dijadwalkan, di mana pada saat yang sama, mereka sedang berusaha untuk menutupi meningkatnya biaya Cleopatra (1963). Pada 7 Juni, Fox memecat Monroe dan mendendanya sebesar $750.000 sebagai ganti rugi. Ia digantikan oleh Lee Remick, tetapi setelah Martin menolak untuk membuat film dengan siapa pun selain Monroe, Fox juga mendendanya dan mengakhiri produksinya. Studio menyalahkan Monroe atas kegagalan produksi film tersebut dan mulai menyebarkan publisitas negatif tentang dirinya, menuduhnya terganggu secara mental.

Fox kemudian menyesali keputusan tersebut dan membuka kembali sebuah negosiasi dengan Monroe pada Juni, dengan pemberian sebuah kontrak baru, termasuk memulai kembali produksi Something's Got to Give, dan sebuah peran dalam film komedi gelap What a Way to Go! (1964). Monroe juga berencana untuk membintangi film biopik tentang Jean Harlow. Untuk memperbaiki citra publiknya, Monroe terlibat dalam beberapa publisitas, termasuk wawancara untuk Life dan Cosmopolitan, dan pemotretan pertamanya untuk Vogue. Untuk Vogue, ia dan fotografer Bert Stern bekerja sama untuk dua seri foto, yang satu adalah sebuah editorial mode standar dan yang lainnya adalah pose telanjang; semuanya diterbitkan secara anumerta dengan judul The Last Sitting.

Kematian

Halaman depan dari New York Daily Mirror pada 6 Agustus 1962. Kepala beritanya adalah "Marilyn Monroe Bunuh Diri" dan di bawahnya tertulis: "Ditemukan telanjang di tempat tidur ... Tangan di telepon ... Mengambil 40 Pil"
Halaman depan dari New York Mirror pada 6 Agustus 1962

Pada jam-jam pagi awal tanggal 5 Agustus 1962, psikiatris Monroe, Dr. Ralph Greenson, menemukan bahwa ia telah meninggal di kamar tidur rumahnya di Brentwood. Greenson dipanggil kesana oleh penjaga rumahnya Eunice Murray, yang terjaga sepanjang malam dan terbangun pada pukul 3:00 dini hari karena "merasakan sesuatu yang buruk". Murray melihat sinar dari pintu kamar Monroe, namun tak dapat menanggapinya dan menemukan bahwa pintunya terkunci. Kematian tersebut dikonfirmasikan oleh dokter Monroe, Dr. Hyman Engelberg, yang datang ke rumah tersebut pada sekitar pukul 3:50 dini hari. Pada pukul 4:25 dini hari, mereka melaporkannya ke Departemen Kepolisian Los Angeles.

Los Angeles County Coroners Office dibantu dalam penyelidikan mereka oleh para psikiatris dengan pengetahuan tentang bunuh diri dari Los Angeles Suicide Prevention Team. Diperkirakan bahwa Monroe telah wafat antara pukul 20:30 dan 22:30, dan laporan toksikologi kemudian menyatakan bahwa sebab kematiannya adalah keracunan barbiturat akut. Ia memiliki 8 mg% (miligram per 100 mililiter solusi) hidrat kloral dan 4.5 mg% pentobarbital (Nembutal) dalam darahnya, dan juga 13 mg% pentobarbital di hatinya. Botol-botol kosong mengandung obat-obatan tersebut ditemukan di sebelah kasurnya. Diyakini Monroe secara tak sengaja mengalami overdosis di luar batas, karena para penyidik menemukan jasadnya beberapa kali melebihi batas mematikan. Para dokternya menyatakan bahwa ia mengalami "ketakutan dan depresi berkelanjutan" dengan perubahan perasaan yang "mendadak dan tak terprediksi", dan telah overdosis beberapa kali di masa lampau, kemungkinan secara intensional. Karena fakta-fakta tersebut dan kurangnya indikasi apapun dari orang luar, para penyidik menyatakan bahwa ia meninggal akibat bunuh diri.

Foto kripta Monroe, diambil pada 2005. "Marilyn Monroe, 1926–1962" tertulis di sebuah plakat. Kripta tersebut memiliki beberapa cetakan lipstik yang ditinggalkan oleh pengunjung dan bunga ditempatkan di vas yang melekat padanya.
Kripta Monroe di Taman Peringatan Westwood di Desa Westwood

Monroe merupakan seorang bintang internasional dan kematian mendadaknya menjadi berita laman depan di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut Lois Banner, "dapat dikatakan bahwa tingkat bunuh diri Los Angeles menjadi berganda sebulan setelah ia wafat; tingkat peredaran dari kebanyakan surat kabar merebak pada bulan tersebut", dan Chicago Tribune melaporkan bahwa mereka menerima ratusan panggilan telepon dari para anggota masyarakat yang meminta informasi tentang kematiannya. Artis Prancis Jean Cocteau berpendapat bahwa kematiannya "harus dijadikan pembelajaran penting bagi semua orang, yang pekerjaan utamanya terdiri dari memata-matai dan menjadi bintang film", mantan bintang sejawatnya Laurence Olivier menuduhnya "korban bulat dari baliho dan sensasi", dan sutradara Bus Stop Joshua Logan menyatakan bahwa ia merupakan "salah satu orang yang paling kurang terapresiasi di dunia". Pemakamannya, yang diadakan di Westwood Village Memorial Park Cemetery pada 8 Agustus, bersifat pribadi dan hanya dihadiri oleh para kenalan terdekatnya. Pelayanan tersebut diadakan oleh Joe DiMaggio dan manajer bisnisnya Inez Melson. Ratusan pengunjung mengerumuni jalanan di sekitaran pemakaman tersebut. Monroe kemudian diistirahatkan di makam No. 24 di Corridor of Memories.

Beberapa teori konspirasi tentang kematian Monroe muncul pada dekade-dekade berikutnya, terutama pembunuhan dan kecelakaan overdosis. Spekulasi pembunuhan tersebut mula-mula meraih perhatian umum dengan publikasi Marilyn: A Biography karya Norman Mailer pada 1973, dan pada tahun-tahun berikutnya menjadi merebak saat Jaksa Distrik County Los Angeles John Van de Kamp melakukan "penyelidikan lanjutan" pada 1982 untuk melihat apakah penyelidikan kriminal dapat dibuka. Tak ada bukti keterlibatan orang luar yang ditemukan.

Pesona layar lebar dan tanggapan

Poster untuk film Jean Harlow The Girl From Missouri. Latar belakangnya adalah ungu muda, dengan huruf hitam besar di atasnya bertuliskan "Jean Harlow" dan di bawahnya, judul filmnya berwarna biru. Lawan mainnya (Lionel Barrymore, Franchot Tone, Lewis Stone) tercantum di bawah judul dengan huruf yang jauh lebih kecil, dengan nama sutradara Jack Conway dalam cetakan yang lebih kecil di bawah nama-nama tersebut. Dua pertiga bagian bawah poster diambil oleh potretan kepala Harlow: ia digambarkan dengan kepala diarahkan ke belakang dalam tawa. Ia memiliki rambut ikal pirang platinum, alis tipis melengkung dan bibir merah, dan ia mengenakan gaun ungu yang memperlihatkan bahunya. Di sebelah kiri terdapat teks "Metro-Goldwyn-Mayer Pictures".
Jean Harlow adalah seorang bintang film pirang platinum 1930-an yang menjadi inspirasi utama untuk citra bintang Monroe.

Saat permulaan perkembangan citra bintangnya 20th Century-Fox ingin Monroe menggantikan Betty Grable yang telah menua, "bom pirang" paling terkenal mereka dari 1940-an. Meskipun 1940-an telah menjadi batu pijakan para aktris yang dipandang cerdas dan menyulitkan, seperti Katharine Hepburn dan Barbara Stanwyck, yang diterapkan kepada para audien yang didominasi wanita, studio tersebut ingin Monroe menjadi bintang dekade baru yang menarik perhatian pria terhadap bioskop-bioskop film.

Ia memainkan bagian signifikan dalam pembentukan citra publiknya dari permulaan, dan menjelang akhir kariernya menunjukkan ia melakukan kontrol yang hampir bulat. Monroe mencurahkan beberapa strategi publisitasnya, meningkatkan pertemanan dengan para kolumnis gosip seperti Sidney Skolsky dan Louella Parsons, dan mengkontrol penggunaan citranya. Disamping Grable, ia sering kali dibandingkan dengan ikonik pirang lainnya, bintang film 1930-an Jean Harlow. Perbandingan tersebut sebagian diamini oleh Monroe, yang menganggap Harlow sebagai idola masa kecilnya, yang biopiknya ingin ia perankan, dan bahkan meniru gaya rambut Harlow untuk mewarnai rambutnya.

Pesona layar lebar Monroe terpusat pada rambut pirangnya, dan stereotipe diasosiasikan dengan hal tersebut, khususnya kebodohan, kenaifan, ketersediaan seksual dan artifisialitas. Ia sering kali menggunakan suara serak dan kekanak-kanakan dalam film-filmnya, dan dalam wawancara memberikan penekanan bahwa setiap hal yang ia katakan "polos dan tak terperhitungkan", memplesetkan dirinya sendiri dengan entendre ganda yang dikenal sebagai "Monroeisme". Contohnya, saat ia ditanyai apakah melakukan pengambilan gambar bugil pada 1949, ia menjawab, "Aku memiliki radio menyala".

Monroe dalam Gentlemen Prefer Blondes (1953), salah satu film dimana Monroe memerankan seorang "pirang bodoh" naif dan atraktif secara seksual

Memulai kariernya sebagai model pin-up, figur jam pasir Monroe menjadi salah satu tampilannya yang paling sering dikenal. Sarjana film Richard Dyer menyatakan bahwa Monroe sering menganggap bahwa ia sering menampilkan siluet melengkung, dan foto-foto publisitasnya sering kali berpose seperti pin-up. Jalan lenggak-lenggok khasnya juga menarik perhatian terhadap tubuhnya, membuatnya dijuluki "gadis dengan jalan horizontal".

Busana memainkan bagian penting dalam citra bintang Monroe. Ia sering kali mengenakan busana putih untuk menyelaraskan rambut pirangnya, dan menarik perhatian dengan mengenakan busana yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Pendirian publisitasnya sering kali melibatkan busananya yang mengumbar sebagian besar bagian tubuhnya atau bahkan kurang bahan, seperti saat salah satu pundaknya terbuka dari gaunnya disorot saat sebuah konferensi pers. Dalam kisah-kisah pers, Monroe menggambarkan perwujudan Mimpi Amerika, sebagai seorang gadis yang tumbuh dari masa kecil yang menyesakkan menjadi bintang Hollywood. Kisah masanya dalam memajukan keluarga dan yatim piatu menyeruak dan bahkan sebagian dicantumkan dalam biografi studionya.

Monroe datang ke sebuah pesta yang merayakan Louella Parsons di klub malam Ciro's pada Mei 1953

Meskipun pesona khas Monroe terlihat bodoh namun memiliki keatraktifan seksual digambarkan secara hati-hati, para audien dan kritikus film meyakini bahwa hal tersebut merupakan kepribadian aslinya dan bahwa ia tidak berakting dalam film-film komedinya. Hal tersebut menjadi tantangan pada masa karier berikutnya, dimana ia ingin mengubah citra publiknya dan memakai gaya peran lainnya, atau dihormati sebagai pengusaha. Menurut Sarah Churchwell, yang mempelajari penjelasan tentang Monroe, menyatakan:

Mitos terbesar adalah bahwa ia bodoh. Yang kedua adalah bahwa ia jahil. Yang ketiga bahwa ia tidak sedang berakting. Ia jauh dari kata bodoh, meskipun ia tak mendapatkan pendidikan formal, dan ia sangat sensitif terhadap hal tersebut. Namun ia memang sangat pintar – dan sangat sulit. Ia telah mengalahkan sistem studio Hollywood pada 1950-an. [...] Pirang bodoh adalah sebuah perang – ia adalah seorang aktris, untuk mengguncangkan surga! Aktris bagus semacam itu yang tak satupun orang yang sekarang meyakini bahwa hal apapun tentangnya selain yang ia perankan di layar lebar.

Lois Banner menyatakan bahwa ia sering kali memplesetkan statusnya sebagai simbol seks dalam film-film dan penampilan publiknya. Monroe menyatakan bahwa ia dipengaruhi oleh Mae West, mengatakan bahwa ia "mempelajari beberapa trik darinya – yang menekankan tawa, atau candaan, seksualitasnya sendiri". Pada 1950-an, ia juga belajar komedi di kelas-kelas yang diberikan oleh mime dan penari Lotte Goslar, yang dikenal karena penampilan panggung komedinya, dan telah menemaninya pada tempat-tempat pengambilan gambar film untuk mengajarinya. Dalam Gentlemen Prefer Blondes, salah satu film dimana ia memerankan seorang pirang bodoh yang sangat khas, Monroe berkata "Aku bisa jadi pintar pada hal penting, namun kebanyakan pria tak menyukainya" sesambil menambahkan kalimat karakternya dalam naskah.

Dyer menyatakan bahwa citra bintang Monroe utamanya terbentuk dari sorotan laki-laki dan bahwa ia biasanya memerankan "seorang gadis", yang terdefinisi lewat gendernya, dalam film-filmnya. Peran-perannya hampir selalu menjadi gadis paduan suara, sekretaris atau peragawati; pekerjaan-pekerjaan dimana "wanita tampil untuk kesenangan pria." Sarjana film Thomas Harris, yang juga menganalisis citra publik Monroe pada 1957, menyatakan bahwa akar kelas pekerjannya dan kurangnya keterlibatan keluarga membuatnya tampil lebih seksual, "gagasan teman sepermainan", berseberangan dengan tokoh sezamannya, Grace Kelly, yang juga dikenal sebagai orang berambut pirang atraktif, namun karena ia berasal dari kalangan kelas atas, ia lebih tampak sebagai aktris tersofistikasi, yang tak dapat diterima bagi sebagian besar penonton laki-laki.

"Aku tak pernah berhenti memahaminya, simbol seks ini. Aku selalu memikirkan simbol-simbol adalah hal-hal yang kau benturkan bersamaan! Itu adalah sebuah ketegangan, sebuah simbol seks menjadi suatu hal. Aku pastinya membenci suatu hal. Namun jika aku mendatakan sebuah simbol dari suatu hal, aku akan lebih memiliki seks ketimbang beberapa hal lainnya yang dari mereka yang memiliki simbol."

—Monroe dalam sebuah wawancara untuk majalah Life pada 1962

Menurut Dyer, Monroe menjadi "sebuah nama rumah tangga untuk seks secara virtual" pada 1950-an dan "citranya telah menempatkan gagasan-gagasan tentang moralitas dan seksualitas yang terkarakteristik pada tahun lima puluhan di Amerika", seperti gagasan-gagasan Freud tentang seks, laporan Kinsey (1953), dan The Feminine Mystique (1963) karya Betty Friedan. Dengan menampilkan kevulgaran dan ketidaksadaran akan daya tarik seksnya, Monroe merupakan simbol seks pertama yang menghadirkan seks sebagai hal alami dan tak berbahaya, yang berseberangan dengan femme fatales 1940-an. Spoto menyebutnya sebagai perwujudan dari "gagasan pasca-perang dari gadis Amerika, lebih, butuh pembelaian, menyembah pria, naif, menawarkan seks tanpa tuntutan", yang didukung oleh Molly Haskell yang menyatakan bahwa "ia merupakan fiksi tahun lima puluhan, sebuah kebohongan bahwa seorang wanita tak butuh seksual, yang ia tujukan, atau curahkan, terhadap kebutuhan pria." Orang sezaman Monroe, Norman Mailer menyatakan bahwa "Marilyn mensugestikan seks merupakan hal sulit dan berbahaya bagi orang lain, namun es krim baginya", sementara Groucho Marx mengkarakteristikkannya sebagai "Mae West, Theda Bara, dan Bo Peep yang dicampur jadi satu". Menurut Haskell, karena statusnya sebagai simbol seks, Monroe kurang populer di kalangan perempuan ketimbang pria, karena mereka "tak ingin diidentifikasi dengannya dan tak berniat mendukungnya", meskipun hal tersebut berubah setelah kematiannya.

Dyer juga berpendapat bahwa rambut pirang platinum menjadi tampilan terkenal Monroe karena hal tersebut menjadikannya "tak ambigu secara rasial" dan mengeksklusifkan orang putih saat Gerakan Hak Sipil sedang dimulai, dan bahwa ia dipandang sebagai lambang rasisme dalam budaya populer abad kedua puluh. Banner sepakat bahwa bukan karena Monroe meluncurkan tren aktris pirang platinum bertepatan saat Gerakan Hak Sipil, namun juga mengkritik Dyer, dengan menekankan bahwa kehidupan pribadinya yang sangat dipublikasi membuat Monroe berkaitan dengan orang-orang yang dipandang sebagai "etnis kulit putih", seperti Joe DiMaggio (Italia-Amerika) dan Arthur Miller (Yahudi). Menurut Banner, ia kadang menantang norma-norma rasial dalam foto-foto publisitasnya; contohnya, dalam sebuah gambar yang ditampilkan dalam majalah Look pada 1951, ia tampil mengenakan busana ketat saat sedang berpraktik dengan pelatih nyanyi Afrika-Amerika Phil Moore.

Sebuah foto Monroe memegang sebotol sampo, disertai kotak teks yang mengatakan bahwa "Luster-Creme adalah sampo kecantikan favorit 4 dari 5 bintang papan atas Hollywood...dan Anda juga akan menyukainya dalam Bentuk Losion barunya!" Di bawah, tiga gambar yang lebih kecil menunjukkan model berambut cokelat menggunakan sampo tersebut. Di sebelahnya, terdaoat gambar dari dua wadah berbeda tempat sampo masuk.
Monroe dalam sebuah iklan sampo Lustre-Creme pada 1953

Monroe dipandang sebagai bintang Amerika secara spesifik, "sebuah lembaga negara yang juga mengenalkan hot dog, pai apel, atau bisbol" menurut Photoplay. Banner menyebutnya simbol populuxe, seorang bintang bercitra glamour dan bahagia yang "membantu negara tersebut keluar dari paranoianya pada 1950-an saat Perang Dingin, bom atom, dan komunis totalitarian Uni Soviet". Sejarawan Fiona Handyside menyatakan bahwa para audien perempuan Prancis mengaitkan kulit putih dan rambut pirang sebagai modernitas dan kebersihan Amerika, dan sehingga Monroe dipandang menyimbolkan wanita modern dan "bebas" yang hidup dalam lingkup masyarakat. Sejarawan film Laura Mulvey menyatakan bahwa ia mendutai budaya konsumtif Amerika:

Jika Amerika mengekspor demokrasi glamour pada masa pasca-perang, memiskinkan Eropa, film-film dapat menjadi jendela tokonya ... Marilyn Monroe, dengan seluruh atribut Amerikanya dan tonjolan seksualitas, mendatangkan sebuah citra tunggal terhadap ekonomi, politik dan erotis. Pada pertengahan 1950-an, ia berdiri untuk sebuah merek glamour tak berkelas, yang tersedia bagi siapapun yang menggunakan kosmetik, nilon dan peroksida Amerika.

Twentieth Century Fox meraih laba dari ketenaran Monroe dengan meningkatkan beberapa aktris yang mirip dengannya yang meliputi Jayne Mansfield dan Sheree North. Studio-studio lainnya juga berupaya untuk membuat Monroe-Monroe mereka sendiri: Universal Pictures dengan Mamie Van Doren, Columbia Pictures dengan Kim Novak, dan Rank Organisation dengan Diana Dors.

Warisan

Foto publisitas Monroe, 1953

Menurut The Guide to United States Popular Culture, "sebagai ikon budaya populer Amerika, beberapa pesaing Monroe dalam popularitas meliputi Elvis Presley dan Mickey Mouse ... tak ada bintang lainnya yang pernah terinspirasi pada rangkaian emosi besar semacam itu – dari berani sampai malu, dari iri sampai berbelas kasihan." Sejarawan seni Gail Levin menyatakan bahwa Monroe telah menjadi "tokoh paling sering difoto pada abad ke-20", dan The American Film Institute mengangkatnya menjadi legenda layar lebar perempuan terbesar keenam dalam sejarah film Amerika. Smithsonian Institution mencantumkannya pada daftar "100 Tokoh Amerika Paling Signfikan Sepanjang Masa" buatan mereka, dan Variety dan VH1 menempatkannya pada peringkat sepuluh besar dalam peringkat ikon budaya populer terbesar mereka pada abad kedua puluh.

Ratusan buku menjelaskan tentang Monroe, ia telah telah menjadi subyek film, permainan panggung, opera dan lagu, dan mempengaruh artis-artis dan para entertainer seperti Andy Warhol dan Madonna. Ia juga masih menjadi merek bernilai: citra dan namanya dilisensikan untuk ratusan produk, dan ia muncul dalam periklanan untuk perusahaan-perusahaan antar-negara dan merek-merek seperti Max Factor, Chanel, Mercedes-Benz, dan Absolut Vodka.

Ketenaran Monroe dikaitkan dengan citra publiknya yang berseberangan. Di satu sisi, ia merupakan simbol seks, ikon kecantikan dan salah satu bintang sinema Hollywood klasik paling terkenal. Di sisi lain, ia juga dikenang karena ketegangan kehidupan pribadinya, masa kecil yang tak stabil, perjuangan demi penghormatan profesional, dan kematiannya dan teori-teori konspirasi yang menyelimutinya. Ia telah dituliskan oleh para sarjana dan jurnalis yang meminati gender dan feminisme, seperti Gloria Steinem, Jacqueline Rose, Molly Haskell, Sarah Churchwell, dan Lois Banner. Beberapa orang seperti Steinem, memandangnya sebagai korban sistem studio. Yang lainnya, seperti Haskell, Rose, dan Churchwell, menyoroti peran proaktif Monroe dalam kariernya dan keikutsertaannya dalam pembentukan pesona publiknya.

Panel kiri dari lukisan pembuat seni pop James Gill Marilyn Triptych (1962)

Karena ketenaran dan ketegangan kehidupan pribadinya saling berseberangan, Monroe sangat sering dibahas dalam diskusi-diskusi besar tentang fenomena modern seperti media massa, ketenaran, dan budaya konsumerisme. Menurut akademisi Susanne Hamscha, karena keberadaannya dalam diskusi-diskusi terkini tentang masyarakat modern, Monroe "tak pernah secara bulat berada dalam satu waktu atau tempat" namun telah menjadi "sebuah permukaan dimana penjelasan-penjelasan budaya Amerika dapat di(re)konstruksi", dan "berfungsi sebagai kekhasan budaya yang dapat direproduksi, ditransformasi, diterjemahkan dalam konteks-konteks, dan dilakukan oleh orang lain". Demikian pula dengan Banner yang menyatakan bahwa Monroe merupakan "pemberi bentuk abadi" yang dibuat ulang oleh "setiap generasi, bahkan setiap individual ... untuk spesifikasi mereka sendiri".

Meskipun Monroe masih menjadi ikon kebudayaannya, para kritikus terpecah terhadap warisannya sebagai seorang aktris. David Thomson menyebut perwujudan karyanya "tak tergantikan" dan Pauline Kael menyatakan bahwa ia tak dapat berakting, namun lebih "menggunakan kekurangan kemampuan aktris untuk memasuki ranah publik. Ia telah menyaksikan atau wujudkan atau tekankan untuk menurunkan kue keju dalam akting – dan vice versa; ia melakukan apa yang orang lain 'rasa bagus' yang tak dilakukan". Sebaliknya, menurut Peter Bradshaw, Monroe adalah seorang komedian berbakat yang "memahami bagaimana komedi meraih dampaknya", dan Roger Ebert menyatakan bahwa "eksentrisitas dan pemikiran Monroe terhadap pengambilan gambar menjadi terkenal, namun studio-studio yang lama mengambilnya karena aktris manapun akan dimasukkan daftar gelap karena mereka mengembalikan layar lebar menjadi magis". Demikian pula dengan Jonathan Rosenbaum yang menyatakan bahwa "ia menampilkan konten seksis dari materialnya" dan bahwa "kesulitan beberapa orang menyoroti intelijensi Monroe sebagai aktris dipandang berakar dalam ideologi era represif, saat wanita superfeminim tak ingin menjunjung kecerdasan".

Filmografi

Catatan

Daftar pustaka

Pranala luar


Новое сообщение