Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.
Misinformasi Covid-19
Bagian dari seri artikel mengenai |
Pandemi Covid-19 |
---|
|
|
|
Portal COVID-19 |
Setelah wabah penyakit koronavirus 2019 (COVID-19), teori konspirasi dan misinformasi menyebar ke dunia maya terkait asal usul dan skala virus. Beragam pos media sosial mengklaim bahwa virus tersebut adalah sebuah senjata biologi dengan vaksin yang dipatenkan, skema kontrol populasi, atau hasil operasi mata-mata.Facebook, Twitter dan Google berkata bahwa mereka berusaha untuk memberantas misinformasi tersebut. Hingga 30 Januari 2021, Kominfo menemukan 1.396 isu hoaks mengenai Covid-19 dan 92 berita palsu terkait isu vaksin.
Beberapa iklan palsu sudah mengklaim beberapa tes yang dapat dilakukan di rumah, atau pencegahan yang tidak mungkin, bahkan hingga obat "ajaib". Beberapa kelompok agama pun mengklaim bahwa kepercayaan mereka dapat melindungi mereka dari virus. Beberapa kelompok bahkan mengklaim bahwa virus Covid-19 merupakan senjata biologis yang secara tidak sengaja maupun sengaja dibocorkan dari laboratorium, hasil dari operasi mata-mata, hingga efek samping dari teknologi 5G.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mendeklarasikan "infodemi" dari informasi yang tidak akurat mengenai virus yang berisiko terhadap pengananan pandemi. Untuk mengatasi hal ini, WHO mengumumkan bahwa mereka bekerja sama dengan Wikimedia Foundation dan secara gratis melisensikan infografis dan materi yang dibuat oleh WHO sebagai usaha untuk melawan misinformasi.
Vaksin
Vaksin Sinovac
Vaksin Sinovac merupakan vaksin utama yang digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia. Misinformasi yang beredar terkait dengan vaksin ini, salah satunya berupa postingan Facebook yang mengklaim bahwa vaksin Sinovac merupakan vaksin yang diperuntukkan untuk ayam. Akibatnya, banyak ayam yang mati. Selain itu, postingan di media sosial yang lain menyebutkan bahwa vaksin Covid-19 dari Sinovac sudah dibuat sejak sebelum pandemi dan memiliki masa kadaluwarsa dua tahun, yang berarti vaksin ini akan kadaluwarsa pada 25 Maret 2021. Adapula postingan Facebook yang mengkalaim bahwa vaksin Sinovac berisikan virus hidup yang dilemahkan serta mengandung sel vero dan bahan-bahan berbahaya.
Kemandulan
Pada salah satu postingan blog yang viral, politisi Jerman Wolfgang Wordarg, bersama-sama dengan eks karyawan Pfizer Michael Yeadon, menyebarkan misinformasi yang mengklaim bahwa vaksin Covid-19 menyebabkan kemandulan pada perempuan.
Kandungan vaksin berasal dari janin yang digugurkan
Pada November 2020, beredar klaim di internet bahwa vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca "mengandung" jaringan yang berasal dari janin yang keguguran. Walaupun benar faktanya adalah sel yang berasal dari janin yang gugur pada tahun 1970 memiliki peranan dalam proses pengembangan vaksin, molekul tersebut terpisah dari vaksin sesungguhnya yang diproduksi.
Misinformasi pengobatan
Beredar postingan di media sosial yang mengklaim banyak sekali metode yang tidak terbukti dalam melawan virus Covid-19. Beberapa dari klaim ini merupakan penipuan dan bahkan membahayakan. Di Indonesia, beredar berbagai jenis obat-obat herbal yang diklaim sebagai obat yang secara langsung dapat menyembuhkan penyakit Covid-19. Seperti "obat" yang diklaim dibuat oleh Hadi Pranoto. Menurut dr. Samuel P. K. Sembiring, kesembuhan yang terjadi merupakan hasil kerja antibodi tubuh, bukan oleh obat-obatan herbal yang dikonsumsi. Beberapa klaim dibawah ini menunjukkan beberapa misinformasi lain yang beredar di masyarakat.
Menghirup uap panas teh
Beredar postingan di Facebook yang mengklaim bahwa menghirup uap panas dari teh herbal dapat menyembuhkan Covid-19. Postingan tersebut memperlihatkan pria yang baru keluar dari sauna disertai kepulan uap yang panas.
Meminum air hangat
Beredar uanggahan di media sosial yang mengklaim bahwa rutin minum air hangat dapat menyembuhkan Covid-19.
Meminum air rebusan belimbing
Beredar postingan di Facebook yang mengklaim bahwa air rebusan belimbing wuluh dapat mencegah dan menyembuhkan Covid-19.
Kondisi rumah sakit
Beberapa orang konservatif di Amerika Serikat seperti Richard Epstein mengklaim bahwa pandemi Covid-19 tidaklah terlalu parah. Beberapa orang mengaitkan hal ini dengan kosongnya parkiran di berbagai rumah sakit. Namun, perlu disadari bahwa pasian Covid-19 merupakan pasien isolasi sehingga tidak diperkenankan untuk dijenguk.
Vitamin
Pada Februari 2020, beredar klaim bahwa pil viramin D dapat mencegah virus Covid-19. Pada Mei 2020, Pusat untuk Obat-Obatan yang Terbukti (CEBM) di Inggris mengeluarkan statemen bahwa walaupun mereka menganjurkan masyarakat untuk meminum suplemen Vitamin D untuk mencegah defisiensi vitamin, mereka tidak menemukan bukti bahwa vitamin D memiliki manfaat untuk mengobati Covid-19. Namun, defisiensi vitamin D dapat meningkatkan risiko infeksi Covid-19, juga menyebabkan keparahan gejala penyakit.
Pengobatan Spiritual
Kenneth Copeland meluncurkan program TV yang berjudul "Berdiri Melawan Virus Korona". Dia mengklaim bahwa dia dapat menyembuhkan penonton dari Covid-19 secara langsung dari studio televisi. Penonton hanya perlu menyentuh layar televisi untuk menerima pengobatan spiritual ini.
Menyantap kelelawar
Beberapa outlet media, termasuk Daily Mail dan RT, menyebarkan informasi dengan mempromosikan sebuah video yang menampilkan seorang wanita Tionghoa muda menyantap seekor kelelawar, dengan secara salah disebutkan diambil gambarnya di Wuhan dan merupakan penyebab wabah karena warga lokal menyantap kelelawar. Video yang banyak beredar tersebut sebenarnya menampilkan rekaman vlogger perjalanan Tionghoa Wang Mengyun yang menyantap sup kelelawar di negara pulau Palau pada 2016 sebagai bagian dari program perjalanan daring. Mengyun menyatakan dalam pos Weibo-nya bahwa ia mendapatkan pelecehan dan ancaman kematian, dan bahwa ia hanya ingin menampilkan hidangan Palau.
Ukuran wabah
Pada 24 Januari, sebuah video yang beredar secara online tampaknya adalah seorang perawat di provinsi Hubei yang menggambarkan situasi yang jauh lebih mengerikan di Wuhan daripada yang diklaim oleh para pejabat Tiongkok. Video tersebut mengklaim bahwa lebih dari 90.000 orang telah terinfeksi virus di Tiongkok saja. Video ini menarik jutaan penayangan di berbagai platform media sosial dan disebutkan dalam banyak laporan online. Namun, BBC mencatat bahwa bertentangan dengan teks bahasa Inggrisnya di salah satu versi video yang ada, wanita itu tidak mengklaim sebagai perawat atau dokter dalam video dan bahwa setelan dan topengnya tidak cocok dengan yang dikenakan oleh staf medis di Hubei. Klaim video dari 90.000 kasus yang terinfeksi tercatat 'tidak berdasar'.
Institut Virologi Wuhan
Kebocoran yang tidak disengaja
Selama Januari dan Februari 2020, Institut ini menjadi subyek kekhawatiran bahwa itu adalah sumber wabah melalui kebocoran yang tidak disengaja, yang ditolak publik. Pada bulan Februari 2020, South China Morning Post melaporkan bahwa salah satu peneliti utama Institut tersebut, Shi Zhengli, adalah fokus khusus dari serangan pribadi di media sosial Tiongkok yang menuduh karyanya mengenai kelelawar. berbasis virus sebagai sumber virus, mengarahkan Shi untuk memposting: "Saya bersumpah dengan hidup saya, [virus] tidak ada hubungannya dengan laboratorium", dan ketika ditanya oleh SCMP untuk mengomentari serangan virus, Shi menjawab:Caixin melaporkan Shi membuat pernyataan publik lebih lanjut terhadap "teori yang diterima topi kertas timah tentang sumber virus baru", mengutipnya dengan mengatakan: "Koronavirus baru 2019 adalah alam yang menghukum para ras manusia untuk menjaga kebiasaan hidup yang tidak beradab. Saya, Shi Zhengli, bersumpah pada hidup saya bahwa itu tidak ada hubungannya dengan laboratorium kami.
Doxing karyawan
Pada tanggal 29 Januari, situs berita dan blog berita keuangan ZeroHedge mengatakan tanpa bukti, bahwa seorang ilmuwan di Institut Virologi Wuhan menciptakan jenis COVID-19 yang bertanggung jawab atas wabah koronavirus. Zerohedge mendaftarkan rincian kontak lengkap ilmuwan yang seharusnya bertanggung jawab, sebuah praktik yang dikenal sebagai doxing, dengan memasukkan nama, foto, dan nomor telepon ilmuwan itu, menyarankan kepada para pembaca bahwa mereka "membayar [ilmuwan Tiongkok] kunjungan" jika mereka ingin tahu "apa yang sebenarnya menyebabkan pandemi koronavirus". Twitter kemudian secara permanen menangguhkan akun blog karena melanggar kebijakan manipulasi platformnya. Sejak itu Zerohedge mengklaim bahwa artikel itu tidak mengklaim virus itu buatan manusia dan hanya dipublikasikan secara detail dari ilmuwan.
Meme logo Resident Evil
Pada Januari 2020, Buzzfeed News juga mengabarkan meme internet/teori konspirasi dari hubungan antara logo Institut Virologi Wuhan dan "Umbrella Corporation", badan yang membuat virus yang memuci apokalips mayat hidup dalam seri Resident Evil. Teori tersebut juga menyatakan hubungan antara "Racoon" (kota utama dalam Resident Evil), dan anagram "Corona" (nama virus). Popularitas teori tersebut menimbulkan perhatian dari Snopes, yang menyebutnya palsu dan menunjukkan bahwa logo tersebut bukanlah dari Institut tersebut, namun dari Shanghai Ruilan Bao Hu San Biotech Limited, yang berjarak sekitar 500 mil (800 km) dari Wuhan.
Disinformasi aliansi dokter dunia tentang COVID-19
Sebuah video dari sekelompok dokter yang berbasis di Eropa yang bernama World Doctors Alliance membuat pernyataan salah tentang koronavirus dan menyatakan bahwa pandemi Covid-19 tidak pernah terjadi. Selain itu, kelompok ini juga meminta untuk negara-negara untuk mengakhiri karantina wilayah dan mengakhiri penggunaan masker serta jaga jarak. Mereka juga mengklaim bahwa Covid-19 hanyalah "flu biasa". Klaim tersebut tidaklah akurat karena Covid-19 adalah infeksi saluran pernapasan akibat virus SARS-CoV-2. CDC menyebutkan, flu dan Covid-19 berbeda dalam jenis atau durasi gejala dan kategori pada orang yang berisiko. Misalnya, pada Covid-19, kebanyakan orang akan merasakan anosmia atau kehilangan indera penciuman sehingga tidak tepat jika Covid-19 disamakan dengan flu. Untuk mencegah misinformasi ini menyebar luas, YouTube telah memblokir video tersebut.