Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.
Pandemi pes ketiga
Pandemi pes ketiga adalah sebuah pandemi yang diakibatkan oleh penyakit pes. Wabah ini mulai menyebar dari wilayah Yunnan, Tiongkok, pada tahun 1855 selama lima tahun masa pemerintahan Kaisar Xianfeng dari dinasti Qing. Wabah pes ini menyebar ke seluruh benua yang berpenghuni, dan pada akhirnya menyebabkan lebih dari 12 juta kematian di India dan Tiongkok, dengan sekitar 10 juta tewas diantaranya berasal dari India. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, pandemi ini dianggap aktif hingga tahun 1960, ketika korban di seluruh dunia turun menjadi 200 per tahun. Kematian akibat wabah terus berlanjut namun dengan tingkat semakin lebih rendah setiap tahun sejak saat itu.
Namanya mengacu pada pandemi ini sebagai wabah pes ketiga utama yang mempengaruhi masyarakat Eropa. Yang pertama dimulai dengan Wabah Justinian, yang melanda Kekaisaran Bizantium dan sekitarnya pada tahun 541 dan 542; pandemi terus berlanjut dalam beberapa gelombang sampai pertengahan abad ke-8. Yang kedua dimulai dengan Black Death, yang menewaskan sedikitnya sepertiga penduduk Eropa dalam serangkaian gelombang infeksi yang meluas dari tahun 1346 hingga 1353; pandemi ini terjadi berulang secara teratur hingga abad ke-19.
Pola jumlah korban jiwa menunjukkan bahwa gelombang pandemi pada akhir abad ke-19/awal abad ke-20 ini mungkin berasal dari dua sumber yang berbeda. Yang pertama yang merupakan yang utama adalah bubonik yang dibawa ke seluruh dunia melalui perdagangan laut, melalui pengangkutan orang yang terinfeksi, tikus, dan kargo yang mengandung kutu. Strain kedua, yang lebih ganas, terutama bersifat pneumonia dengan penularan dari orang ke orang dengan sangat cepat. Peristiwa ini hanya terjadi di sebagian besar Asia, khususnya Manchuria dan Mongolia.
Asal
Wabah pes mewabah pada populasi hewan pengerat yang terinfeksi di Asia Tengah dan merupakan penyebab kematian yang diketahui di antara para migran dan populasi manusia di wilayah itu selama berabad-abad. Masuknya orang baru karena konflik politik dan perdagangan global menyebabkan penyebaran penyakit ke seluruh dunia.
Sebuah reservoir alami atau nidus telah menjadi penyebab wabah di Yunnan barat dan masih merupakan risiko kesehatan yang sedang berlangsung. Pandemi wabah ketiga berasal dari daerah tersebut setelah masuknya orang Tiongkok Han dengan cepat yang mengeksploitasi permintaan mineral, terutama tembaga, pada paruh kedua abad ke-19. Pada tahun 1850, populasinya telah meledak menjadi lebih dari 7 juta orang. Peningkatan transportasi di seluruh wilayah membuat orang-orang bersentuhan dengan kutu yang terinfeksi wabah, penyebab utama antara tikus berdada kuning (Rattus flavipectus)) dan manusia. Orang-orang membawa kutu dan tikus kembali ke daerah perkotaan yang berkembang, di mana wabah kecil terkadang mencapai tingkat epidemi. Wabah menyebar lebih jauh setelah perselisihan antara penambang Muslim Han dan Hui di awal tahun 1850-an meletus menjadi pemberontakan yang kejam, yang dikenal sebagai Pemberontakan Panthay, yang menyebabkan perpindahan penduduk lebih lanjut oleh pasukan pergerakan dan migrasi pengungsi. Pecahnya wabah membantu merekrut orang-orang ke dalam Pemberontakan Taiping. Wabah mulai muncul di provinsi Guangxi dan Guangdong, Pulau Hainan, dan kemudian Delta Sungai Mutiara, termasuk Kanton dan Hong Kong. Meskipun William McNeildan yang lainnya percaya wabah tersebut telah dibawa dari pedalaman ke daerah pesisir oleh pasukan yang kembali dari pertempuran melawan pemberontak Muslim, Benediktus menyarankan bukti untuk mendukung perdagangan opium yang berkembang dan menguntungkan, yang dimulai setelah sekitar tahun 1840.
Di kota Kanton, mulai Maret 1894, penyakit ini menewaskan 80.000 orang dalam beberapa minggu. Lalu lintas air setiap hari dengan kota terdekat Hong Kong dengan cepat menyebarkan wabah. Dalam waktu dua bulan, setelah 100.000 kematian, tingkat kematian menurun di bawah tingkat epidemi, tetapi penyakit ini terus menjadi endemik di Hong Kong sampai tahun 1929.
Dampak politik di India Britania
Wabah ini dibawa dari Hong Kong ke India Britania, dan telah menewaskan sekitar satu juta orang di India. Wabah ini kemudian juga membunuh 12,5 juta lainnya di luar wilayah selama tiga puluh tahun berikutnya. Hampir semua kasus merupakan pes, dengan hanya sebagian kecil yang berubah menjadi wabah pneumonia. Penyakit ini awalnya terlihat di kota-kota pelabuhan, dimulai dengan Bombay (sekarang Mumbai), tetapi kemudian muncul di Poona (sekarang Pune), Kalkuta (sekarang Kolkata), dan Karachi (sekarang di Pakistan)). Pada tahun 1899, wabah mulai menyebar ke komunitas yang lebih kecil dan daerah pedesaan di banyak wilayah di India. Secara keseluruhan, dampak wabah outbreak paling besar terjadi di India bagian barat dan utara, di provinsi-provinsi yang saat itu ditetapkan sebagai Bombay, Punjab, dan Provinsi Bersatu; India bagian timur dan selatan tidak terlalu terpengaruh.
Langkah-langkah pemerintah kolonial inggris untuk mengendalikan penyakit adalah termasuk karantina, kamp isolasi, pembatasan perjalanan, dan pengecualian praktik medis tradisional India. Pembatasan populasi kota-kota pesisir ditetapkan oleh Komite Wabah Khusus, dengan kekuasaan berlebih yang diberlakukan oleh militer Inggris. Orang India menganggap tindakan tersebut mengganggu budaya dan umumnya merupakan represif dan kejahatan. Strategi pengendalian wabah pemerintah mengalami perubahan signifikan selama 1898–1899. Pada saat itu, penggunaan kekuatan dalam menegakkan peraturan wabah telah terbukti kontraproduktif, dan karena wabah telah menyebar ke daerah pedesaan, penegakan hukum di wilayah geografis yang lebih luas tidak mungkin dilakukan. Pejabat kesehatan Inggris kemudian mulai menekan vaksinasi luas dengan menggunakan Vaksin wabah yang dibuat oleh Waldemar Haffkine, tetapi pemerintah menekankan bahwa inokulasi tidak wajib. Otoritas Inggris juga mengizinkan masuknya praktisi sistem pengobatan asli ke dalam program pencegahan wabah.
Tindakan pemerintah yang represif untuk mengendalikan wabah membuat kaum nasionalis Pune mengkritik pemerintah secara terbuka. Pada tanggal 22 Juni 1897, Chapekar bersaudara, pemuda Hindu Pune, menembak dan membunuh Walter Charles Rand, seorang petugas Layanan Sipil India yang bertindak sebagai ketua Komite Wabah Khusus Pune, bersama pengawal militernya, Letnan Ayerst. Tindakan para Chapekars dipandang sebagai terorisme. Pemerintah juga menganggap pers nasionalis bersalah karena menghasut. Aktivis nasionalis Bal Gangadhar Tilak didakwa melakukan penghasutan atas tulisannya sebagai editor surat kabar Kesari dan dijatuhi hukuman delapan belas bulan penjara dengan berat.
Reaksi masyarakat terhadap tindakan kesehatan yang diberlakukan oleh pemerintah Britania India akhirnya mengungkap masalah politik intervensi medis di negara tersebut. Peristiwa tersebut manyebabkan terbentuknya perkembangan layanan kesehatan masyarakat modern India.
Distribusi global
Jaringan penyebaran penyakit global memperkirakan penyebaran penyakit secara luas selama beberapa dekade berikutnya. Wabah-wabah yang tercatat termasuk berikut:
- Beihai, Qing Tiongkok 1882.
- Guangzhou, Qing Tiongkok 1894.
- Britania Hong Kong 1894.
- Taiwan Jepang, Kekaisaran Jepang 1896 (until Gempa besar Kantō 1923).
- Jeddah, 1896.
- Mecca, 1898.
- Kepresidenan Bombay, India, 1896–1898.
- Calcutta, India, 1898.
- Prancis Madagaskar, 1898.
- Kobe, 1898.
- Khedivate dari Mesir, 1899.
- Manchuria, Tiongkok 1899.
- Paraguay, 1899.
- Porto, Portugal, 1899.
- Afrika Selatan, 1899–1902.
- Republik Hawaii, 1899.
- Glasgow, Britania Raya, 1900.
- San Francisco, Amerika Serikat, 1900.
- Manila, 1900.
- Australia, 1900–1905.
- Kekaisaran Rusia/Uni Soviet, 1900–1927.
- Fujian, Tiongkok 1901.
- Thailand, 1904.
- Burma Britania, 1905.
- Tunisia Prancis, 1907.
- Trinidad, Venezuela, Peru dan Ekuador, 1908.
- Bolivia dan Brazil, 1908.
- Cuba dan Puerto Rico, 1912.
Masing-masing wilayah, termasuk Britania Raya, Prancis, dan wilayah lain di Eropa, terus mengalami wabah dan korban jiwa hingga tahun 1960-an. Wabah signifikan terakhir dari wabah-wabah kecil terjadi di Peru dan Argentina pada tahun 1945.
Wabah Hong Kong 1894
Wabah Hong Kong tahun 1894 adalah wabah utama pandemi ketiga di dunia yang terjadi pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Pada Mei 1894, kasus pertama terjadi di Hong Kong. Pasiennya merupakan petugas rumah sakit nasional dan ditemukan oleh Dr. Yu Xun, Dekan Rumah Sakit Nasional, yang baru saja kembali dari Kanton. Ketika bangunan bernuansa Tiongkok dibangun, daerah Gunung Taiping di Sheung Wan, daerah terpadat di Hong Kong, menjadi daerah yang paling parah terkena epidemi. Pengendalian epidemi secara alami menjadi prioritas utama Gubernur Hong Kong. Dari Mei hingga Oktober 1894, wabah di Hong Kong menewaskan lebih dari 6.000 orang, sepertiga penduduknya melarikan diri dari Hong Kong. Dalam 30 tahun mulai tahun 1926, wabah penyakit terjadi di Hong Kong hampir setiap tahun dan menewaskan lebih dari 20.000 orang. Melalui lalu lintas maritim di Hong Kong, wabah yang berasal dari Yunnan, Tiongkok, menyebar ke seluruh bagian negara tersebut setelah tahun 1894 dan akhirnya menyebar ke semua benua yang dihuni.
Ada beberapa alasan mengapa wabah ini menyebar dengan cepat. Pertama, di masa-masa awal Kailuan, Sheung Wan adalah pemukiman Tionghoa. Desain rumah di sana, di pegunungan, tidak termasuk saluran drainase, toilet, atau air ledeng. Bangunan kecil dan kurangnya ubin lantai merupakan kelemahan lain dalam desain. Kedua, selama Festival Ching Ming pada tahun 1894, banyak orang Tionghoa yang tinggal di Hong Kong kembali ke pedesaan untuk menyapu kuburan, yang bertepatan dengan merebaknya wabah di Kanton dan masuknya bakteri ke Hong Kong. Ketiga, dalam empat bulan pertama tahun 1894, curah hujan menurun dan tanah mengering, mempercepat penyebaran wabah penyakit.
Tindakan pencegahan utama adalah mendirikan rumah sakit wabah dan mengerahkan staf medis untuk merawat dan mengisolasi pasien wabah; melakukan operasi pencarian dari rumah ke rumah, menemukan dan memindahkan pasien wabah, serta membersihkan dan mendisinfeksi rumah dan area yang terinfeksi; dan mendirikan kuburan yang ditunjuk dan menugaskan seseorang yang bertanggung jawab untuk mengangkut dan menguburkan pasien wabah yang tewas.
Penelitian penyakit
Para peneliti yang bekerja di Asia selama "Wabah Pandemi Ketiga" mengidentifikasi penyebab wabah dan basil wabah. Pada tahun 1894, di Hong Kong, ahli bakteriologi Prancis kelahiran Swiss Alexandre Yersin mengisolasi bakteri penyebab (Yersinia pestis, dinamai Yersin) dan menentukan cara penularan yang umum. Penemuannya mengarah pada metode pengobatan modern, termasuk insektisida, penggunaan antibiotik, dan akhirnya vaksin. Pada tahun 1898, peneliti Prancis Paul-Louis Simond mendemonstrasikan peran kutu sebagai penyebab pandemi.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang biasanya ditularkan melalui gigitan kutu dari inangnya yang terinfeksi, seringkali tikus hitam. Bakteri tersebut dipindahkan dari darah tikus yang terinfeksi ke kutu tikus (Xenopsylla cheopis). Bacillus berkembang biak di perut kutu. Ketika kutu berikutnya menggigit mamalia, darah yang dikonsumsi dimuntahkan bersama dengan basil ke dalam aliran darah hewan yang digigit. Wabah outbreak yang serius ini sebelum muncul pada manusia didahului oleh wabah pada populasi hewan pengerat. Selama wabah, kutu terinfeksi yang telah kehilangan inang hewan pengerat biasanya mencari sumber darah lain.
Pemerintah kolonial Inggris di India menekan peneliti medis Waldemar Haffkine untuk mengembangkan vaksin wabah. Setelah tiga bulan bekerja terus-menerus dengan staf terbatas, formulir untuk uji coba pada manusia sudah siap. Pada 10 Januari 1897 Haffkine mengujinya pada dirinya sendiri. Setelah tes awal dilaporkan ke pihak berwenang, relawan di penjara Byculla digunakan untuk tes kontrol, semua tahanan yang diinokulasi selamat dari epidemi, sementara tujuh narapidana dari kelompok kontrol meninggal. Pada pergantian abad, jumlah inokule di India saja mencapai empat juta. Haffkine ditunjuk sebagai Direktur Laboratorium Wabah (sekarang disebut Institut Haffkine) di Bombay.
Lihat pula
Bacaan lanjutan
- Media terkait Plague, third pandemic di Wikimedia Commons
- Advisory Committee for Plague Investigations in India (1911), Report On Plague Investigations In India, 1906–1910
- Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, The Promised Messiah. Noah’s Ark: An Invitation to Faith.
- Gandhi, M. K. The Plague Panic in South Africa
- Gregg, Charles. Plague: An Ancients Disease in the Twentieth Century. Albuquerque, University of New Mexico Press, 1985.
- Kelly, John. The Great Mortality: An Intimate History of the Black Death, the Most Devastating Plague of All Time. New York: HarperCollins Publishers, 2005. ISBN 0-06-000692-7.
- McNeill, William H. Plagues and People. New York: Anchor Books, 1976. ISBN 0-385-12122-9.
- Orent, Wendy. Plague: The Mysterious Past and Terrifying Future of the World's Most Dangerous Disease. New York: Free Press, 2004. ISBN 0-7432-3685-8.
Pranala luar
Lokal |
|
||
---|---|---|---|
Global |
|