Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.
Penyakit sapi gila
Penyakit sapi gila | |
---|---|
Sapi dengan BSE yang tidak mampu berdiri. | |
Informasi umum | |
Nama lain | Mad cow disease, bovine spongiform encephalopathy (BSE) |
Spesialisasi | Kedokteran hewan |
Penyebab | Prion |
Aspek klinis | |
Gejala dan tanda | Perilaku abnormal, kesulitan berjalan, penurunan berat badan, tak mampu bergerak |
Awal muncul | 4-5 tahun setelah paparan |
Diagnosis | Berdasarkan tanda klinis, konfirmasi dengan pemeriksaan otak |
Tata laksana | |
Pencegahan | Mencegah produk tertentu dimakan oleh hewan |
Prognosis | Kematian dalam beberapa pekan hingga bulan |
Penyakit sapi gila (bahasa Inggris: mad cow disease atau bovine spongiform encephalopathy, disingkat BSE) adalah penyakit sistem saraf pada sapi yang tergolong dalam kelompok ensefalopati spongiform menular. Penyakit ini disebabkan oleh prion, yaitu partikel protein yang bersifat infeksius. Infeksi prion membuat otak sapi berlubang seperti spons sehingga kondisinya disebut spongiform.
Sapi yang menderita BSE akan mengalami penurunan kondisi secara progresif. Tanda klinis yang terlihat di antaranya berperilaku agresif, penurunan berat badan, gangguan saraf seperti kesulitan berjalan, tak mampu bergerak, ataksia, tremor, dan berakhir pada kematian. Penyakit sapi gila dianggap zoonosis karena diasumsikan terkait dengan varian penyakit Creutzfeldt-Jakob (vCJD) pada manusia.
Distribusi
Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE) membuat tiga kategori untuk suatu negara dan zona berdasarkan status risiko mereka terhadap penyakit sapi gila, yaitu negara/zona dengan risiko BSE yang dapat diabaikan (negligible BSE risk), risiko BSE yang terkendali (controlled BSE risk), dan risiko yang belum ditentukan (undetermined BSE risk). Negara dengan risiko BSE yang dapat diabaikan di antaranya Australia, Amerika Serikat, Brasil, India, dan Selandia Baru, sedangkan negara dengan risiko BSE yang terkendali di antaranya Kanada dan Prancis.Indonesia tergolong negara dengan status BSE yang belum ditentukan. Namun, pada tahun 2002 Pemerintah Indonesia telah menyatakan negara Indonesia tetap bebas dari penyakit sapi gila.
Diagnosis
Sebagai diagnosis banding, semua jenis gangguan saraf pada sapi perlu dipertimbangkan, seperti ensefalitis infeksius, gangguan metabolik (ketosis, hipomagnesemia), toksikosis, neoplasia, atau trauma. Hingga saat ini, belum ada metode yang bisa dipakai untuk mendeteksi BSE pada sapi yang masih hidup.
Diagnosis dimulai dari dugaan penyakit secara klinis, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan pascamati untuk mendeteksi perubahan histopatologis atau akumulasi protein prion (PrPSc) pada hewan terduga. Partikel PrPSc telah diterima secara luas sebagai penanda penyakit BSE yang konsisten. Pemeriksaan imunohistokimia dan blot Western merupakan metode yang sesuai untuk mendiagnosis penyakit sapi gila. Di samping itu, dapat pula dilakukan uji cepat seperti rapid Western immunoblot, lateral flow assays, dan ELISA untuk uji tapis pada sampel dengan jumlah besar.
Catatan kaki
Buku dan dokumen
- Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (2018), Chapter 3.4.5. Bovine Spongiform Encephalopathy (PDF), OIE Terrestrial Manual, World Organisation for Animal Health
- Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (28 Juni 2019), Chapter 11.4. Bovine Spongiform Encephalopathy (PDF), OIE Terrestrial Animal Health Code, World Organisation for Animal Health
- Spickler, Anna Rovid (2016). Bovine Spongiform Encephalopathy (PDF). CFSPH Technical Disease Fact Sheets. The Center for Food Security and Public Health, Iowa State University.
PHMS yang telah ada di Indonesia |
|
---|---|
PHMS yang belum ada di Indonesia |