Мы используем файлы cookie.
Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.

Richard Dawkins

Подписчиков: 0, рейтинг: 0

Richard Dawkins
FRS FRSL
Richard Dawkins Cooper Union Shankbone.jpg
Dawkins di Cooper Union, Kota New York (2010)
Lahir Clinton Richard Dawkins
26 Maret 1941
Nairobi, Kenya Britania
Warga negara Britania Raya
Pendidikan Oundle School
Almamater Universitas Oxford (MA, DPhil)
Dikenal atas
Suami/istri
(m. 1967; c. 1984)
  • Eve Barham (n. 1984; cer. ?)
(m. 1992; pis. Kesalahan ekspresi: Operator < tak terduga)
Anak Juliet Emma
Penghargaan
Karier ilmiah
Institusi Universitas California, Berkeley
New College, Oxford
Universitas Oxford
New College of the Humanities
Disertasi Selective pecking in the domestic chick (1967)
Pembimbing doktoral Nikolaas Tinbergen
Mahasiswa doktoral
Terinspirasi Charles Darwin, George C. Williams, W. D. Hamilton, Nikolaas Tinbergen, John Maynard Smith, Peter Medawar, Robert Trivers
Menginspirasi Andrew F. Read,Helena Cronin,John Krebs, Baron Krebs,David Haig,Alan Grafen,Daniel Dennett,David Deutsch,Steven Pinker,Martin Daly,Margo Wilson,Randolph M. Nesse,Kim Sterelny,Michael Shermer,Richard Harries, Baron Harries of Pentregarth,A. C. Grayling,Marek Kohn,David P. Barash,Matt Ridley,Philip Pullman
Situs web richarddawkins.net
Tanda tangan
Richard Dawkins signature.svg

Clinton Richard Dawkins (lahir 26 Maret 1941) adalah seorang penulis, etolog, biolog evolusioner, dan ahli ilmu pengetahuan umum asal Britania Raya. Ia banyak menulis tentang etologi, biologi evolusioner dan ilmu pengetahuan umum. Dawkins juga dikenal sebagai seorang ateis yang vokal mengemukakan gagasannya, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan, seperti dalam debat dan ceramah-ceramah yang terkait. Beberapa bukunya yang terkenal diantaranya The Selfish Gene, Pembuat Arloji yang Buta, dan Delusi akan Tuhan.

Dawkins adalah seorang kritikus kreasionisme dan perancangan cerdas yang terkemuka. Pada tahun 1986, dalam bukunya yang berjudul Pembuat Arloji yang Buta, dia memperdebatkan analogi sang pembuat arloji (argumen yang menyatakan bahwa terdapat seorang pencipta adikodrati yang didasari oleh kompleksnya makhluk hidup yang ada di dunia ini). Dia mendeskripsikan proses evolusi sebagai sesuatu yang analog dengan sang pembuat arloji yang buta. Sejak saat itu, dia telah menulis beberapa buku sains populer dan beberapa kali muncul di televisi dan radio, biasanya mendiskusikan topik-topik tersebut.

Riwayat

Kehidupan awal

Richard Dawkins dilahirkan di Nairobi. Ayahnya, Clinton John Dawkins, adalah seorang tentara yang berpindah dari Kenya ke negara Inggris pada perang dunia dua untuk bergabung dengan tentara sekutu. Pada tahun 1949, saat Richard Dawkins berusia 8 tahun, dia kembali ke Inggris. Kedua orangtuanya tertarik dengan ilmu pengetahuan alam, dan mereka selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan Dawkins secara ilmiah.

Dawkins mendeskripsikan masa kanak-kanaknya sebagai "masa kanak-kanak Anglikan yang normal". Dia kemudian mulai meragukan keberadaan Tuhan pada saat dia berusia 9 tahun, tetapi saat itu dia masih terbujuk oleh argumen dari desain, yaitu sebuah argumen yang mendukung eksistensi Tuhan atau pencipta, berdasarkan bukti yang dapat diamati dari keteraturan, tujuan, desain atau arah –atau kombinasi dari beberapa unsur tersebut– yang terdapat di alam. Pada pertengahan usia belasan tahun, ia menyadari bahwa Darwinisme merupakan penjelasan yang lebih baik, dan merasa bahwa tradisi-tradisi dari Gereja Inggris begitu absurd, dan lebih menekankan pendiktean moral daripada Tuhan.

Pendidikan dan pengajaran

Dawkins belajar di Sekolah Oundle dari tahun 1954 hingga 1959. Dia mempelajari zoologi di Balliol College, Oxford, di mana ia diajari oleh seorang etologis pemenang Penghargaan Nobel, Nikolaas Tinbergen, dan lulus pada 1962. Dia melanjutkan kuliah sebagai pelajar peneliti di bawah pengawasan Tinbergen di Universitas Oxford. Ia meraih gelar M.A dan D.Phill pada 1966, sementara tetap menjadi asisten peneliti pada tahun berikutnya. Tinbergen merupakan seorang pionir dalam studi mengenai perilaku hewan, khususnya menyangkut masalah insting, kemampuan belajar dan memilih. Penelitian Dawkins pada saat itu berfokus pada berbagai model proses membuat keputusan pada hewan.

Dari tahun 1967 sampai 1969, Dawkins menjadi asisten profesor zoologi di Universitas California, Berkeley. Selama periode ini, para mahasiswa dan fakultas di UC Berkeley umumnya menentang Perang Vietnam yang sedang berlangsung saat itu, dan Dawkins menjadi sangat terlibat dalam demonstrasi dan aktivitas anti-perang. Dia kembali ke Universitas Oxford pada 1970 sebagai pengajar dan –pada 1990- sebagai reader (posisi akademis yang lebih tinggi dari pengajar senior tetapi lebih rendah dari profesor) di bidang zoologi. Pada 1995, dia ditunjuk sebagai Profesor Simonyi dalam Pengertian Publik terhadap Sains di Universitas Oxford, sebuah posisi yang diberikan oleh Charles Simonyi dengan maksud bahwa pemegang gelar tersebut “diharapkan memberikan kontribusi penting kepada pengertian publik terhadap beberapa bidang sains”. Sejak tahun 1970, dia menjadi bagian dari New College, Oxford.

Pada 1970-an, Dawkins menjelaskan sains kehidupan kepada pembaca umum, dimulai dengan karyanya berjudul The Selfish Gene.

Dawkins telah memberikan sejumlah pengajaran dan kuliah, termasuk kuliah peringatan Henry Sidgwick (1989), kuliah peringatan pertama Erasmus Darwin (1990), kuliah peringatan Michael Faraday (1991), kuliah peringatan T.H. Huxley (1992), kuliah peringatan Irvine (1997), kuliah Sheldon Doyle (1999), Kuliah Tinbergen (2004) dan kuliah Tanner (2003). Pada 1991, dia memberikan kuliah natal Royal Institution bagi anak-anak. Dia juga menjadi editor pada sejumlah jurnal dan menjadi penasihat editorial untuk Encarta Encyclopedia dan Encyclopedia of Evolution. Dia menjadi editor senior dari Majalah Free Inquiry milik Dewan Humanisme Sekuler, di mana ia juga menulis kolom di situ. Dia juga menjadi anggota dari dewan editorial untuk majalah Skeptic sejak dari awal berdirinya.

Dawkins duduk sebagai juri penilai berbagai penghargaan (award) seperti Royal Society’s Faraday Award dan British Academy Television Award, dan menjadi presiden bidang Sains Biologi dari British Association for thw Advancement of Science. Pada 2004, Balliol College, Oxford menginstitusikan Dawkins Prize, yang dianugerahkan bagi “penelitian yang luar biasa pada ekologi dan perilaku hewan yang kehidupan dan daya tahannya terancam oleh aktivitas manusia”.

Pada September 2008, Dawkins pensiun dari posisinya sebagai Profesor Simonyi dalam Pengertian Publik terhadap Sains di Universitas Oxford, dan berencana untuk menulis buku yang ditujukan bagi generasi muda, di mana ia memberi peringatan menyangkut kepercayaan terhadap “dongeng anti sains”.

Pada Agustus 1967, Dawkins menikahi rekan sesama etologis, Marian Stamp, dan bercerai tahun 1984. Pada tahun yang sama pada tanggal 1 Juni, ia menikahi Eve Barham –yang menghasilkan seorang anak perempuan, Juliet Emma Dawkins– Tapi mereka kemudian bercerai dan Barham meninggal akibat kanker pada 28 Februari 1999. Pada 1992, ia menikahi aktris Lalla Ward. Dawkins mengenalnya melalui teman bersama mereka, Douglas Adams, yang sebelumnya bekerja dengan Ward di program televisi fiksi ilmiah BBC, Doctor Who. Ward membuat ilustrasi di lebih dari separuh buku-buku Dawkins dan menjadi pembatu narator dalam versi audio dari dua buku Dawkins berjudul The Ancestor Tale dan The God Delusion. Pada tahun 2008 Dawkins muncul dalam Doctor Who di episode “The Stolen Earth" dan berperan sebagai dirinya sendiri.

Karya

Dalam karya ilmiahnya, Dawkins terkenal karena mempopulerkan pandangan evolusi yang berbasis gen. Pandangan ini paling jelas tergambar dalam bukunya The Selfish Gene (1976), di mana ia mencatat bahwa "semua kehidupan berkembang sesuai dengan kelangsungan hidup diferensial dari entitas yang bereplikasi", dan dalam buku The Extended Phenotype (1982), di mana ia menjelaskan seleksi alam sebagai "proses di mana replikator-replikator saling bersaing untuk menghasilkan lebih banyak daripada yang lain". Dalam perannya sebagai seorang etologis, yang tertarik pada perilaku hewan dan kaitannya dengan seleksi alam, ia membela gagasan bahwa gen merupakan unit utama dalam seleksi evolusi.

Dawkins secara konsisten skeptis tentang proses non-adaptif dalam evolusi (seperti spandrels, yang dijelaskan oleh Gould dan Lewontin) dan tentang seleksi pada tingkat "di atas" gen. Ia terutama skeptis tentang kemungkinan praktis atau pentingnya seleksi kelompok sebagai dasar bagi pemahaman altruisme.

Perilaku ini pada awalnya kelihatan seperti paradoks evolusi, karena membantu yang lain berarti menghabiskan sumber daya yang berharga dan mengurangi kebugaran sendiri. Sebelumnya, banyak yang menafsirkan ini sebagai satu aspek dari seleksi kelompok: individu yang melakukan apa yang terbaik bagi kelangsungan hidup populasi atau spesies secara keseluruhan, dan tidak secara khusus untuk diri mereka sendiri. Ahli biologi evolusi Inggris WD Hamilton telah menggunakan pandangan berbasis-gen untuk menjelaskan altruisme dalam hal kebugaran inklusif dan seleksi keluarga - bahwa individu berperilaku tanpa pamrih terhadap keluarga dekat mereka yang memiliki banyak kesamaan gen dengan mereka sendiri Demikian pula, Robert Trivers, yang berpikir dalam kerangka model gen, mengembangkan teori altruisme timbal balik, di mana satu organisme memberikan manfaat bagi yang lain dengan harapan mendapat balasan pada masa depan. Dawkins mempopulerkan ide-ide ini dalam The Selfish Gene, dan mengembangkan mereka dalam karyanya sendiri.

Kritikus-kritikus terhadap pendekatan Dawkins mengatakan bahwa mengambil gen sebagai unit seleksi - dalam peristiwa tunggal di mana suatu individu baik dia berhasil atau gagal berreproduksi - adalah menyesatkan, bahwa sebenarnya gen lebih baik digambarkan sebagai unit evolusi - dari perubahan frekuensi allele jangka panjang dalam suatu populasi. Dalam Selfish Gene, Dawkins menjelaskan bahwa dia menggunakan definisi George C. Williams tentang gen sebagai "benda yang memisahkan dan menggabungkan kembali dengan frekuensi yang cukup." Keberatan lain yang umum adalah bahwa gen tidak dapat bertahan hidup sendirian, tetapi harus bekerja sama untuk membangun individu, dan karena itu tidak bisa menjadi unit "independen". Dalam The Extended Phenotype, Dawkins menunjukkan bahwa karena rekombinasi genetik dan reproduksi seksual, dari sudut pandang satu individu gen, semua gen-gen lainnya adalah bagian dari lingkungan di mana dia telah beradaptasi.

Pengusung tingkat seleksi yang lebih tinggi seperti Richard Lewontin, David Sloan Wilson, dan Elliot Sober menunjukkan bahwa ada banyak fenomena (termasuk altruisme) di mana seleksi berbasis-gen tidak dapat menjelaskan secara memuaskan. Filsuf Maria Midgley, dengan siapa Dawkins berdebat dalam tulisan tentang The Selfish Gene, mengkritik seleksi gen, memetika dan sosiobiologi sebagai terlalu reduksionis.

Dalam sejumlah kontroversi tentang mekanisme dan interpretasi evolusi (yang disebut sebagai 'Darwin Wars'), satu golongan sering dinamai sebagai faksi Dawkins dan saingannya sebagai faksi Stephen Jay Gould ahli paleontologi Amerika, mencerminkan kehebatan masing-masing sebagai orang-orang yang mempopulerkan ide-ide yang signifikan. Secara khusus, Dawkins dan Gould telah menjadi komentator yang menonjol dalam kontroversi tentang sosiobiologi dan evolusi psikologi, dengan Dawkins umumnya menyetujui dan Gould umumnya bersikap kritis. Sebuah contoh khas dari posisi Dawkins adalah review pedasnya atas Not in Our Genes oleh Steven Rose, J. Leon Kamin dan Richard C. Lewontin. Dua pemikir lainnya tentang subjek ini yang sering dianggap bersekutu dengan Dawkins adalah Steven Pinker dan Daniel Dennett, Dennet telah mempromosikan suatu pandangan-evolusi berbasis-gen dan membela reduksionisme dalam biologi.Meskipun ada perselisihan akademis di antara mereka, Dawkins dan Gould tidak bermusuhan secara pribadi, bahkan Dawkins mendedikasikan sebagian besar bukunya A Devil's Chaplain (2003) secara anumerta untuk Gould, yang telah meninggal tahun sebelumnya.

Buku Dawkins memaparkan bukti evolusi biologi. Buku itu dirilis pada 3 September 2009, diterbitkan di Inggris Raya dan negara-negara Persemakmuran oleh Transworld. Di Amerika Serikat buku itu dirilis pada 22 September 2009, diterbitkan oleh Free Press. Semua karya Dawkins sebelumnya yang berurusan dengan evolusi mengasumsikan evolusi sebagai kebenaran, dan tidak secara eksplisit memberikan bukti mengenai asumsi tersebut.Dawkins merasa bahwa ini merupakan suatu celah dalam karyanya, dan memutuskan untuk menulis buku bertepatan dengan peringatan dua abad Darwin.

Mencetuskan istilah meme

Dalam bukunya yang berjudul The Selfish Gene, Dawkins mencetuskan istilah meme (satuan budaya atau sistem perilaku yang dianalogikan dengan gen) agar pembaca dapat memikirkan bagaimana asas-asas Darwin bisa diterapkan di luar ranah gen. Tujuannya yang sebenarnya adalah untuk memperluas argumennya mengenai "replikator", tetapi konsep ini kemudian dikembangkan oleh penulis-penulis lain, seperti Daniel Dennett dan Susan Blackmore. Maka muncullah bidang studi memetika, meskipun Dawkins sendiri menjaga jaraknya dari bidang tersebut.

Meme berdasarkan pemahaman Dawkins mengacu kepada entitas budaya manapun yang dapat dianggap sebagai replikator suatu atau sejumlah gagasan. Ia merumuskan hipotesis bahwa orang-orang dapat menganggap entitas budaya sebagai sesuatu yang dapat mengalami replikasi melalui komunikasi dengan manusia lain, karena manusia telah berevolusi sebagai penyalin informasi dan perilaku (walaupun secara tidak sempurna). Meme tidak selalu disalin dengan sempurna, sehingga meme dapat dimutakhirkan, diubah, atau dipadukan dengan gagasan-gagasan lain; maka akan terbentuk meme baru yang mungkin merupakan replikator yang lebih baik atau lebih buruk daripada pendahulunya, dan hal ini dapat menjadi kerangka hipotesis evolusi budaya berlandaskan meme yang serupa dengan teori evolusi biologi berdasarkan gen.

Walaupun Dawkins adalah orang yang mencetuskan istilah meme, ia tidak mengklaim bahwa gagasan tersebut merupakan gagasan yang baru, dan memang sudah ada gagasan-gagasan serupa yang telah dikemukakan sebelumnya. Misalnya, John Laurent menyatakan bahwa istilah "meme" mungkin berasal dari kata "mneme" yang ditelurkan oleh seorang ahli biologi Jerman yang tidak terkenal, Richard Semon. Semon menganggap "mneme" sebagai sekumpulan jejak ingatan pada saraf yang dapat diwariskan, walaupun pandangan semacam ini akan dicap sebagai bentuk Lamarckisme oleh ahli biologi modern. Laurent sendiri juga menemukan penggunaan istilah mneme di buku The Life of the White Ant (1926) karya Maurice Maeterlinck, dan Maeterlinck secara gamblang menyatakan bahwa ia memperoleh istilah tersebut dari karya Semon. Dalam karyanya, Maeterlinck mencoba menjelaskan cara kerja ingatan pada rayap dan semut dengan mengklaim bahwa jejak ingatan pada saraf ditambahkan oleh "mneme individual". Walaupun begitu, James Gleick menganggap konsep meme Dawkins sebagai "penemuannya yang paling terkenal, jauh lebih berpengaruh daripada [teori] gen egoisnya atau dakwah-dakwahnya yang menentang religiusitas pada kemudian hari".

Kritik terhadap agama

Dawkins sedang menyampaikan ceramah mengenai bukunya The God Delusion, 24 Juni 2006

Dawkins mengikuti sakramen penguatan di Gereja Inggris saat ia masih berumur 13 tahun, tetapi ia mulai meragukan kepercayaannya. Setelah mempelajari Darwinisme dan alasan-alasan ilmiah yang menunjukkan mengapa kehidupan tampak seperti dirancang, Dawkins tidak lagi beriman. Ia juga berkata bahwa pemahaman akan sains dan proses evolusi membuatnya mempertanyakan mengapa orang-orang dewasa yang menjadi pemimpin di negara-negara beradab malah sama sekali tidak terdidik di bidang biologi, dan merasa bingung kenapa orang-orang yang sangat memahami sains masih bisa percaya kepada Tuhan. Dawkins memberikan catatan bahwa beberapa fisikawan menggunakan istilah "Tuhan" secara metaforis yang mengacu kepada misteri alam semesta yang menakjubkan, sehingga mengakibatkan kebingungan dan kesalahpahaman di antara orang-orang yang mengira bahwa mereka sedang berbicara tentang pengada mistis yang mengampuni dosa, mengubah air menjadi anggur, atau membangkitkan orang mati. Ia tidak setuju dengan asas non-overlapping magisteria yang dicetuskan oleh Stephen Jay Gould, dan ia menyatakan bahwa keberadaan Tuhan perlu diperlakukan selayaknya hipotesis ilmiah. Dawkins kemudian menjadi salah satu tokoh yang dikenal sebagai pengkritik agama, dan ia menyatakan bahwa ia menentang agama berdasarkan dua hal: agama adalah sumber konflik sekaligus pembenaran bagi kepercayaan yang tidak ada buktinya. Ia menganggap iman (kepercayaan yang tidak berlandaskan bukti) sebagai "salah satu kejahatan terbesar di dunia".

Beberapa buku karya Richard Dawkins

Lihat pula

Catatan kaki

Daftar pustaka

Pranala luar


Новое сообщение