Продолжая использовать сайт, вы даете свое согласие на работу с этими файлами.
Trimetoprim/sulfametoksazol
Trimetoprim (atas) dan sulfametoksazol (bawah) | |
Kombinasi | |
Trimetoprim | Inhibitor Dihidrofolat reduktase |
Sulfametoksazol | Antibiotik sulfonamida |
Data klinis | |
Nama dagang | Bactrim, Cotrim, Septra, lainnya |
AHFS/Drugs.com | monograph |
Kat. kehamilan | C(AU) D(US) |
Status hukum | Harus dengan resep dokter (S4) (AU) ℞-only (CA) POM (UK) ℞-only (US) |
Rute | Oral, intravena |
Pengenal | |
Nomor CAS | 8064-90-2 |
Kode ATC | J01EE01 |
PubChem | CID 358641 |
DrugBank | DB00440 |
ChemSpider | 318412 |
ChEBI | CHEBI:3770 |
Trimetoprim/sulfametoksazol (TMP/SMX), atau ko-trimoksazol, adalah antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai infeksi bakteri. Obat ini terdiri dari satu bagian trimetoprim dan lima bagian sulfametoksazol. Obat ini diindikasikan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, infeksi kulit akibat Staphylococcus aureus yang resisten metisilin, diare pelancong, infeksi saluran pernapasan, kolera, dan lainnya. Obat ini dapat digunakan untuk mengobati dan mencegah pneumonia pneumocystis dan toksoplasmosis pada pasien HIV/AIDS. Obat ini dapat diminum atau diberikan secara intravena.
Efek samping yang umum terjadi antara lain mual, muntah, ruam, dan diare. Efek samping yang lebih berat seperti reaksi alergi parah dan infeksi akibat Clostridium difficile terkadang dapat terjadi. Pasien yang sedang hamil di trimester akhir tidak direkomendasikan untuk menerima obat ini. Obat ini aman digunakan pada pasien yang sedang menyusui selama bayi memiliki kondisi yang sehat. TMP/SMX bersifat bakterisida. TMP/SMX bekerja dengan menghambat sintesis folat pada bakteri.
TMP/SMX pertama kali dipasarkan pada tahun 1974. Obat ini terdapat dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia. Obat ini tersedia dalam bentuk generik.
Indikasi
Ko-trimoksazol awalnya diklaim lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan sulfametoksazol atau trimetoprim saja dalam mengobati infeksi bakteri, tetapi hal ini masih diperdebatkan. Karena memiliki angka kejadian efek samping yang lebih tinggi, penggunaannya telah dibatasi hanya untuk keadaan tertentu di berbagai negara. Obat ini efektif untuk infeksi saluran pernapasan atas dan bawah, infeksi ginjal dan saluran kemih, infeksi saluran pencernaan, infeksi kulit, sepsis, dan infeksi lain yang disebabkan oleh organisme sensitif. Ko-trimoksazol dapat mengurangi risiko kekambuhan retinokoroiditis. Karena resistensi antibiotik yang semakin meluas membuat kotrimoksazol lebih sering digunakan saat ini.
Kepekaan
Kotrimoksazol efektif untuk infeksi akibat organisme berikut:
- Acinetobacter spp.
- Aeromonas hydrophila
- Alcaligenes xylosoxidans
- Bartonella henselae
- Bordetella pertussis (pertusis)
- Brucella spp.
- Burkholderia cepacia
- Burkholderia mallei
- Burkholderia pseudomallei (melioidosis)
- Chlamydia trachomatis (infeksi Chlamydia)
- Chryseobacterium meningosepticum
- Citrobacter spp.
- Enterobacter spp.
- Escherichia coli
- Haemophilus influenzae
- Hafnia alvei
- Kingella spp.
- Klebsiella granulomatis
- Klebsiella pneumoniae
- Legionella spp.
- Listeria monocytogenes (listeriosis)
- Moraxella catarrhalis
- Morganella morganii
- Mycobacterium tuberculosis (tuberkulosis)
- Neisseria gonorrhoeae (gonore)
- Neisseria meningitidis (meningokokus)
- Nocardia spp.
- Plesiomonas shigelloides
- Pneumocystis jirovecii
- Proteus mirabilis
- Proteus vulgaris
- Providencia rettgeri
- Providencia stuartii
- Salmonella typhi (demam tifoid)
- Salmonella non-typhi
- Serratia spp.
- Shigella spp.
- Staphylococcus aureus
- Staphylococcus epidermidis
- Staphylococcus saprophyticus
- Stenotrophomonas maltophilia
- Streptococcus agalactiae
- Streptococcus faecalis
- Streptococcus pneumoniae
- Streptococcus pyogenes
- Streptococcus viridans
- Toxoplasma gondii (toksoplasmosis)
- Tropheryma whippelii (Penyakit Whipple)
- Vibrio cholerae (kolera)
- Yersinia enterocolitica
- Yersinia pestis (pes bubo)
- Yersinia pseudotuberculosis
Beberapa organisme yang resisten terhadap kotrimoksazol adalah Pseudomonas aeruginosa, mycoplasma, dan Francisella tularensis (organisme penyebab tularemia).
Kehamilan dan menyusui
Kotrimoksazol dikontraindikasikan pada pasien hamil, walau kategori kehamilan di Australia adalah C dan di Amerika kategori adalah D. Penggunaan kotrimoksazol selama trimester pertama (selama organogenesis) dan 12 minggu sebelum kehamilan dapat menyebabkan cacat pada janin. Penggunaan kotrimoksazol juga meningkatkan risiko persalinan prematur (nisbah jangkaan: 1,51) dan berat bayi saat lahir yang rendah (nisbah jangkaan: 1,67). Penelitian pada hewan juga menunjukkan hal yang serupa. Kotrimoksazol juga terdapat dalam ASI dan karena hal itu tidak disarankan untuk menyusui selama pengobatan dengan kotrimoksazol.
Bayi
Penggunaan kotrimoksazol pada bayi berusia kurang dari 2 bulan tidak disarankan karena adanya risiko efek samping.
Reaksi simpang
Kontraindikasi
Kontraindikasi kotrimoksazol antara lain:
- Hipersensitivitas terhadap komponen obat
- Kehamilan
- Kerusakan hati yang parah
- Gangguan hematologi yang parah dan porfiria (karena adanya sulfonamida).
- Gangguan ginjal berat (CrCl <15 ml/menit)
- Neonatus selama 6 minggu pertama. Kecuali untuk pengobatan/profilaksis pneumositosis jiroveci (P. carinii) pada bayi berumum 4 minggu ke atas.
Efek samping
Efek samping yang terjadi antara lain:
- Mual
- Muntah
- Pusing
- Sakit kepala
- Depresi
- Bingung
- Trombositopenia
- Uremia pada pasien dengan gangguan ginjal
- Gangguan sumsum tulang belakang
- Hilang nafsu makan
- Tidak sadarkan diri